Randu sang Lelaki Paruh Baya, pagi itu, saat menikmati menyeruput kopi hitam dan pisang goreng, sekonyong-konyong tampak mengalami suasana batin blank, pikiran tak fokus, sorot matanya kosong, dan menunduk seperti orang melamun.
Sekelebat kemudian, suasana blank itu buyar saat terdengar bunyi tiiing: ada pesan Whatsapp masuk di handphone-nya.
"Gimana kabar? Long time no see", terbaca pesan dari seorang sahabat lama, yang seperti digambarkan lirik lagu "Gereja Tua": entah di mana kini dia berada, sudah sepuluh tahun... tak tahu rimbanya.
Dan seperti lazimnya, setiap kali dibuat teringat akan seseorang, respon pertama Randu adalah mendoakan orang yang tiba-tiba hadir di ingatan tersebut.
Kebiasaan ini, mengacu pada sebuah ungkapan bahwa salah satu doa yang paling potensial dikabulkan adalah doa yang dipanjatkan untuk kebaikan seseorang, dan orang yang didoakan itu tidak tahu jika dia didoakan.
Mungkin karena doa dalam kondisi seperti ini, sang pendoa mendoakan dengan bobot ikhlas yang relatif tinggi, karena tak berharap imbalan dari orang yang didoakan. Tegasnya, bukan doa yang kategorinya DoA (Dorongan Amplop).
Dan secara spriritual, hanya Allah yang dapat membuat kita teringat dan/atau melupakan seseorang.
Ilustrasinya: jika si-Y tiba-tiba mengingat akan si-X, berarti saat itu Tuhan menghendaki atau bahkan memerintahkan agar si-Y mengingat si-X. Dalam posisi seperti ini, si-Y sebaiknya mendoakan si-X untuk kebaikan apapun jenisnya, misalnya, semoga sehat, sukses dan bahagia kehidupannya.
Mari saling mendoakan untuk kebaikan.
Syarifuddin Abdullah | 02 Nopember 2022/ 07 Rabiul-tsani 1444H