Di sebuah pasar kampung, di sore hari, sembari menanti istrinya menuntaskan belanja mingguannya, Lelaki Paruh Baya (eL-Pe-Be) memutuskan mampir di kedai kopi, dekat terminal angkot.
Selain karena lelah dan memang sedikit agak haus, LPB juga baru menyadari sudah relatif lama absen mendengar obrolan isu-isu yang lagi ngetrend di kedai kopi.
Seperti lazimnya, LPB memilih kursi agak menyudut, agar bisa melayangkan pandangan ke semua sudut ruang kedai kopi, sambil nguping tema obrolan mereka.
"Kopi hitam, tanpa susu, gulanya manis, ya!", katanya kepada pelayan kedai kopi. "Oh iya, satu kue lupis, gula aren dan kelapa parutnya dibanyakin, ya!", tambahnya..
Tak jauh dari kursinya, terlihat tiga lelaki: pertama berkopiah hitam, satunya lagi berkumis tebal, dan yang ketiga berambut gondrong, mereka sedang asyik mengobrol tentang gelar haji.
Lamat-lamat terdengar lelaki berkopiah berkata: "Ada pamanku yang sudah haji tiga kali."
Lelaki berkumis menimpali: "Seorang tetangga saya sudah empat kali pergi haji."
Lelaki berambut gondrong, dengan santai dan senyum berucap begini: "Istriku saat ini, ketika masih janda, juga sudah tiga kali haji."
LPB tersenyum kecil, tanpa melihat ke meja tiga lelaki itu. LPB membatin, "Saya yang sudah haji tujuh kali aja, nggak pernah ngaku-ngaku haji. Penulisan nama juga nggak pake haji".
"Padahal kalau saya mau, tiap kali menuliskan nama, di depan nama itu, bisa saja saya membubuhkan hurup 'H' sampai tujuh kali (H, H, H, H, H, H, H). Tapi untuk apa?" pikirnya.