Selain itu, pada April 2008, Al-Qardhawi kembali menjadi sasaran kritikan setelah berfatwa, yang membolehkan (menghalalkan) konsumsi minuman energi yang mengandung 0,05 persen (atau lima per seribu) kadar alkohol. Juga tentu dengan argumentasi fikhi dan ilmiah (kapan waktu saya akan mengulasnya).
Secara afiliasi politis, Al-Qardhawi sejak usia muda dikenal sebagai aktivis dan loyalis ideologi perjuangan Ikhwanul Muslimin (IM). Bahkan setelah menjadi ulama, ia kerap diposisikan sebagai teoritikus gerakan IM Internasional, meskipun posisi teoritikus ini tidak pernah dideklarasikan secara resmi.
Al-Qardhawi sebenarnya sudah hijrah dan berdomisili di Qatar sejak 1961.  Tapi masih sering bolak-balik ke Mesir. Namun rangkaian dinamika politik paska rezim Muhammad Morsi, pengadilan Mesir akhirnya menvonis Al-Qardhawi dengan hukuman mati secara in absentia pada 2015. Dan sejak itu beliau tak bisa lagi kembali ke Mesir. Konon beliau kemudian memutuskan pindah kewarganegaraan dari Mesir ke Qatar.
Tentang bobot dan kualitas keilmuan dan kealimannya, mungkin dapat digambarkan dengan ilustrasi berikut:
Banyak ulama penulis di dunia. Tapi sangat sedikit ulama-penulis yang dibaca banyak orang. Lebih langka lagi ulama-penulis-yang dibaca dan sekaligus dijadikan rujukan.
Dan Yusuf Al-Qardhawi termasuk kategori ulama yang langka itu: ulama-penulis-dibaca banyak orang-dan sering dijadikan rujukan hukum oleh umat.
Allahu yarhamhu.
Syarifuddin Abdullah | Jakarta 27 September 2022/ 30 Shafar 1444H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H