Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berapa Sudah Korban Tewas dalam Perang Rusia-Ukraina?

25 Juli 2022   16:44 Diperbarui: 26 Juli 2022   06:40 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www.kompas.com/global

Sejauh ini, tidak ada data pasti yang tersedia tentang berapa sudah korban tewas dalam perang Ukraina-Rusia, yang sudah berlangsung selama 152 hari (24 Februari s.d 25 Juli 2022).

Semua angka korban tewas yang diberitakan media-media, umumnya masih angka perkiraan. Bukan merupakan figur yang sesungguhnya. Rusia sendiri tidak pernah mengumumkan korban tewas dan cedera tentaranya yang bertempur di Ukraina.

Sebaliknya, pada 31 Mei 2022, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengakui, rata-rata 60 hingga 100 tentara Ukraina yang tewas per hari plus 500 mengalami cedera setiap hari.

Pada Juli 2022, masing-masing dari Bill Rurns (Direktur CIA), Richard Moore (Kepala MI6 Inggris) dan Mikk Marran (Dinas Intelijen Luar Negeri Ukraina) mengatakan, Rusia telah kehilangan paling kurang 15.000 tentaranya di Ukraina, dengan rata-rata 100 (seratus) tentara yang tewas setiap hari.

Secara teoritis, penghitungan jumlah korban pasukan kombatan dalam perang biasanya mengacu pada dua kategori: Killed in Action (KIA) yakni tentara yang tewas dalam pertempuran; kedua Wounded in Action (WIA) yakni kombatan yang cedera dalam pertemuran, dan sebagian yang cedera ini juga pada akhirnya tewas.

Prajurit combatan yang ditangkap dan menjadi tawanan perang, atau dinyatakan hilang, biasanya belum dimasukkan dalam dua kategori itu, tetapi dihitung-diposisikan sebagai kategori ketiga.

Sebagai contoh, semua perhitungan korban tewas di pihak Rusia mencakup para unsur Rosgvadiya (National Guard), FSB (pengganti KGB) dan tentara non-organik lainnya, termasuk pasukan militia Luhansk dan Donestsk yang berbasis di wilay Donbas (timur Ukraina) yang didukung oleh Rusia.

Dengan menggunakan tiga kategori itu, pihak Amerika memperkirakan sekitar 20.000 tentara Rusia yang tewas. Selanjutnya pada 29 Juni 2022, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace, mengatakan sudah 25.000 tentara Rusia yang tewas dalam perang Ukraina.

Di pihak lain, berdasarkan data hingga 19 Juli 2022, tentara Ukraina yang sudah tewas konon telah mencapai 38.000 prajurit.

Perhitungan pihak barat (terutama Amerika dan Inggri) tentang tentara Rusia yang tewas menggunakan sumber tertutup, antara lain melalui agen-agen intelijen Barat di Rusia yang mengurusi korban tewas, laporan unit-unit tempur Rusia yang melaporkan tentara yang meninggal dunia, atau melakukan penyadapan (intercept) terhadap laporan korban di pihak Rusia.

Berdasarkan pengalaman dari perang-perang lainnya, ada rasio yang relatif baku digunakan untuk menghitung jumlah tewas dan cedera. Umumnya adalah rasio 3:1 (artinya, terdapat tiga orang cedera, dalam setiap satu tentara yang tewas).

Namun dengan perkembangan teknologi, ratio 3:1 sudah berubah. Dalam Perang Irak 2003-2011, tentara Amerika mengalami ratio 9:1 (Sembilan orang cedera, untuk setiap satu tentara yang tewas). Dan di Afghanistan rasionya bahkan menjadi 10:1.

Salah satu faktor yang menentukan tinggi-rendahnya rasio antara cedara-dan-tewas adalah efektivitas tindakan medis terhadap tentara yang cedera di medan tempur. Amerika menggunakan helikopter untuk melakukan bantuan medis.

Dengan kata lain, tentara yang mengalami cedera, jika bisa dievakuasi dan diberikan pertolongan medis dalam tempo sekitar satu jam sejak mengalami cedera, kemungkinan besar jiwanya bisa diselamatkan. Karena itu, dalam perang, periode satu jam pertama bagi tentara yang cedera dikenal dengan istilah Golden Hour (satu jam emas). Ini periode 60 menit yang paling menentukan dalam jiwa seorang prajurit yang cedera.

Karena itu, disebutkan salah satu penyebab tingginya angka korban tewas tentara Rusia di Ukraina karena mekanisme dan jaringan penyelamatan medisnya tidak secanggih yang dimiliki oleh Barat (Amerika misalnya). Rusia masih lebih mengandalkan pengiriman tentara-tentara cedera ke dokter-dokter yang berbasis di rumah sakit-rumah sakit yang didirikan di garis belakang medan tempur. Sehingga garis evakuasi menjadi lebih panjang.

Catatan:

Pertama, korban perang adalah sesuatu yang tak terelakkan, betapapun dhindarinya. Yang bisa dilakukan oleh kedua pihak hanya memperkecil korban tewas. Sebab dalam perang, hanya ada dua kemungkinan: to kill or to be killed (membunuh atau dibunuh). Atau kalau masih mujur, hanya to be wounded = cedera saja).

Kedua, kondisi saat ini, kedua pihak (Rusia-Ukraina) masih berasumsi dan bahkan bersikukuh bisa memenangkan perang atau memaksa lawan untuk mengaku kalah. Namun jika mencermati perkembangan pertempuran dari hari ke hari, kecil kemungkinan akan ada pihak yang mengakui kalah dalam waktu dekat.

Ketiga, Rusia cq Putin akan terus menggempur dengan segala sumber dayanya, sebagai sebuah negara adidaya, yang tentu akan gengsi mengaku gagal di Ukraina. Sementara Ukraina akan terus bertahan dengan segala cara, tentu juga dengan dukungan Barat (Amerika dan sekutunya), yang sejak awal mengucapkan satu komitmen dasar: tidak akan membiarkan Rusia cq Putin memenangkan perang Ukraina. Konsekuensinya, perang masih berlangsung. Besar kemungkinan akan berlanjut ke tahun 2023.

Keempat, selama kedua pihak masih berasumsi bisa memenangkan perang, maka dentuman senjata dan amunisi akan terus dibidikkan dan diledakkan. Jjumlah korban tewas di kedua pihak masih akan terus bertambah. Padahal, berdasarkan perkiraan kasar pun, total jumlah korban tewas di kedua pihak pada 25 Juli 2022, sudah lebih dari 60.000 prajurit kombatan (Rusia 25.000 dan Ukraina 38.000). Jika digabung dengan korban tewas dari kalangan sipil, jumlah body-count atau kantong mayat pasti jauh lebih banyak.

Kelima, Istanbul Deal (kesepakatan Rusia-Ukraina yang dimediasi oleh Turki) yang diteken pada 22 Juli 2022, untuk mengoperasikan kembali pelabuhan-pelabuhan Ukraina agar dapat mengekspor gandum dan hasil pertanian lainnya, memang merupakan satu isyarat dan terobosan positif. Tapi kesepakatan ini masih sangat rentan. Sewaktu-waktu bisa bubar. Karena itu, belum bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan kapan perang akan berakhir. Apalagi dalam Istanbul Deal itu, ada klausul yang menyebutkan, kesepakatan akan valid selama 120 hari, yang bisa diperpanjang. Dengan kata lain, bisa juga tidak diperpanjang.

Kenam, isu tentang jumlah korban tewas di pihak musuh selalu menjadi bagian dari propaganda perang. Tujuannya antara lain untuk mendorong semangat tempur prajurit. Tidak aneh, jika sesekali kita mendengar pejabat Ukraina dan/atau Rusia sesumbar menyebutkan angka tertentu terkait jumlah korban tewas di pihak musuh. Namun sekali lagi, semua angka-angka itu belum dapat diverifikasi.

Terbuka kemungkinan, jumlah korban tewas di kedua pihak (Ukraina dan Rusia) mungkin bahkan jauh lebih besar dibandingkan dengan angka-angka perkiraan jumlah korban tewas yang sudah beredar di media.

Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 25 Juli 2022M/ 26 Dzul-hijjah 1443H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun