Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku: Sejarah (Pencarian dan Persepsi tentang) Tuhan

13 Juli 2022   21:11 Diperbarui: 14 Juli 2022   16:59 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan semua paparan dan argumentasi itu merujuk ke tiga kitab suci (Taurat, Al-Kitab, Quran) serta pengalaman Musa menerima 10 perintah di Gunung Sinai, Isa yang menerima wahyu di Bukit Tabor, serta peristiwa mi'raj Nabi Muhammad saw.

Selama melintasi halaman-halamannya, pembaca mungkin membayangkan akan mendapatkan gambaran rasional-materil tentang Tuhan. Dan itu tidak terjadi. Sebab sekali lagi, buku ini mengulas sejarah manusia dalam mempersepsikan Tuhan. 

Pertanyaan kunci yang selalu mengekor dan mendesak selama membaca: apakah paparan pencarian dan imajinasi tentang Tuhan itu berhasil atau gagal? Kesimpulan saya: sulit untuk mengatakan berhasil.

Tuhan akhirnya tidak-belum ditemukan (melalui imajniasi yang paling liar sekalipun). Mungkin karena seperti digambarkan oleh sebuah adagium: "Tuhan ada di mana-mana, dan pada saat yang sama, tidak ada di mana-mana".

 Dan adagium ini sebenarnya merupakan perumusan yang coba menggabungkan dua sifat-nama Allah (menurut Islam): al-Gaib (yang tidak tampak atau hilang) dan az-Zhahir (nyata, tampak jelas). Singkat kata, Tuhan itu tidak memiliki ruang geografis.

Secara umum bisa disimpulkan, sejarah panjang pencarian dan persepsi tentang Tuhan itu menggunakan dua metode utama: pertama, kelompok yang mengandalkan pendekatan pengalaman batin (Amstrong menggunakan istilah mistisisme), yang diwakili antara lain oleh tradisi kabbalis Yahudi, Sufi-tarikat Islam, spritualis Hindu dan yogi Budha; Kedua, kelompok yang mengacu pada pendekatan rasional-filosofis.

Namun, alih-alih mendapatkan gambaran utuh tentang Tuhan, dua kelompok itu sibuk berargumen dengan analisis-spekulatif, yang sering saling bertentangan dan tidak satupun yang sukses memenuhi harapan pembaca.

 Meskipun harus diakui, kelompok mistikus tampaknya lebih mampu merasakan kehadiran Tuhan melalui penampakan dalam makhluk-makhluk-Nya. Sementara kelompok kedua (rasionalis-filosofis) umumnya gagal dan bahkan semakin membingungkan.

Sebenarnya ada kelompok ketiga, yang coba meski akhirnya gagal juga dalam menggabungkan kedua metode itu, yakni penjelasan tentang Tuhan oleh beberapa ilmuan sains dan filosof di zaman Renaisans di Eropa, yang diwakili antara lain oleh Isaac Newton (Inggris), Descartes (Perancis).

Terkait dengan pencarian dan penjelasan tentang Tuhan, ada satu hal yang penting: Jika Tuhan ingin disembah oleh manusia, seharusnya Tuhan itu sederhana, sehingga mudah dikenali dan bisa diakses oleh semua orang.

Mungkin karena itulah, Descartes sampai menegaskan bahwa "jika seandainya Tuhan tidak ada, maka manusia harus menciptakan-Nya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun