Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Lagi di Amerika, Pembantaian yang Menewaskan 19 Siswa-siswi Sekolah Dasar

26 Mei 2022   02:07 Diperbarui: 26 Mei 2022   02:10 2933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu: Rabu, 25 Mei 2022 WIB (Selasa, 24 Mei 2022 waktu Texas Amerika).

Lokasi: lingkungan Sekolah Dasar (SD) "Robb Elementary School" di Uvalde, Texas, Amerika Serikat.

Korban:  ketika artikel ini ditulis, total korban tewas 22 orang, dengan rincian 19 siswa-siswi sekolah dasar, 2 guru, dan penembak sendiri. Beberapa siswa-siswi mengalami luka-luka. Kemungkinan korban tewas masih akan bertambah.

Pelaku: diduga bernama Salvador Ramos, beruisa 18 tahun, warga negara Amerika, tercatat sebagai alumni dari sekolah itu. Dia membeli dua senjata seminggu sebelumnya di sebuah tokoh penjual senjata di Texas di waktu yang berbeda, pertama pada 17 Mei dan kedua pada 20 Mei 2022. Pelaku juga membeli sebanyak 375 peluru kalibar 5,56mm. Saat melakukan penembakan, pelaku mengenakan baju anti peluru. Konon, hal pertama yang ia lakukan setelah persisi berusia 18 tahun adalah membeli senjata.

Modus: ketika melakukan aksinya, pelaku membawa dua unit senjata laras panjang (assault riffle), menembakkan ratusan peluru secara membabi-buta, sebelum akhirnya pelaku juga tertembak mati. Beberapa sumber menyebutkan, pelaku beraksi di satu kelas saja.

Seorang warga menyebut kasus pembantaian itu sebagai tindakan "tragis dan tanpa perasaan (tragic and senseless). Presiden Amerika Joe Bidan memberikan keterangan yang menggambarkan kesedihan yang mendalam, "Kehilangan seorang anak adalah ibarat sebagian jiwa tiba-tiba dicabut secara paksa dari tubuh Anda (To lose a child is like having a piece of your soul ripped away)".

Menurut data David Riedman (peneliti di K-12 School Shooting Database di Naval Postgraduate School's Center for Homeland Defense and Security), sepanjang tahun 2021, tercatat sebanyak 249 kasus penembakan di lingkungan sekolah di Amerika, tertinggi sejak tahun 1970-an. Dan sejak Januari hingga Mei 2022 ini, sudah tercatat 137 kasus penembakan di lingkungan sekolah.

Catatan singkat:

Pertama, sebagian besar warga di lingkungan lokasi penembaskan adalah warga Hispanic (Latino, warga Amerika keturunan Amerika Latin). Dan sekitar 90 persen siswa-siswa di sekolah itu adalah keturunan Hispanic. Berdasarkan foto awal terduga pelaku, yang beredar di berbagai media, terlihat jelas bahwa garis wajah pelaku adalah juga keturunan Hispanic/Latino. Artinya, kecil kemungkinan kasus itu bermotiv rasisme.

Kedua, pelaku sungguh mengalami kondisi psikologis, yang mungkin belum ada kategorinya dalam dunia medis-psikologis. Pelaku sepertinya menyimpan bara dendam yang luar biasa. Tapi kalau korban sasarannya adalah anak-anak sekolah dasar, akal sehat yang paling tidak sehat pun akan kesulitan mencernanya.

Ketiga, ada fakta sosial yang kontras dan tampaknya dibiarkan berlanjut di Amerika, atau setidaknya mungkin belum ditemukan solusi idealnya: di satu sisi, dari tahun ke tahun, berbagai kasus penembakan (baca: pembantaian) terus terjadi di berbagai negara bagian Amerika, korbannya pun puluhan bahkan ribuan orang dari berbagai usia. Namun di sisi lain, aturan penjualan senjata di Amerika tetap saja dilegalkan.

Keempat, filosofi dasar tentang senjata tajam atau senjata api adalah bahwa setiap jenis senjata memang dibuat-diproduksi untuk difungsikan sesuai peruntukannya: senjata tajam untuk menikam dan senjata api untuk menembak.

Kelima, seperti dalam kasus-kasus sebelumnya, karena pelaku sudah tewas juga, penyelidikan akan lebih mengarah pada analisis sosio-psikologis. Sentuhan penyelidikan kriminalnya akan tipis.

Keenam, kasus itu akan kembali memicu tuntutan publik agar secepatnya ada solusi terkait peraturan pemilikan senjata api di Amerika Serikat, yang biasanya berlangsung beberapa hari atau seminggu-dua-minggu, setelah itu mereda lagi, sampai muncul lagi kasus penembakan baru. Begitu sebelum-sebelumnya, dan tampaknya masih akan seperti itu.

Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 25 Mei 2022/ 23 Syawwal 1443H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun