Baru saja selesai membaca buku The Psychology of Money (2020) karya Morgan Housel. Dan isinya kurang sesuai dengan ekspektasi saya. Mungkin karena fokus bahasannya Amerika banget dan spektrum kasus-kasusnya lebih banyak soal investasi portofolio di bursa saham.
Tapi menarik. Saya tuntas membacanya (230 hlm) dalam tempo kurang dari 24 jam. Padahal biasanya, satu buku rata-rata saya memerlukan waktu 3x24 sampai 7x24 jam.
Dari 20 bab yang ditulis singkat dan jernih, saya terkesan dengan dua bab saja: pertama, bab-3 yang berjudul "Tak Pernah Cukup", yang ulasannya mirip kajian tentang konsep qana'ah (merasa cukup) dalam tasauf Islam.
Dan kedua, bab tambahan di bagian akhir yang mengulas sejarah singkat perubahan perilaku ekonomi warga-bangsa Amerika sejak Perang Dunia Kedua (1945) hingga era Presiden Donald Trump. Ulasannya sangat tajam tentang sejarah perilaku ekonomi warga, yang dikaitkan dengan rangkaian peristiwa-perubahan besar di bidang ekonomi dan kebijakan pemerintah Pemerintah Amerika.
Catatan: saya belum pernah menemukan kajian ekonomi di Indonesia, yang mengulas secara tajam tentang perilaku ekonomi warga Indonesia dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa besar dan kebijakan ekonomi Pemerintah, katakanlah selama era Reformasi.
Sementara ulasan bab-bab lainnya lebih mirip buku motivasi, model kajian yang biasanya saya tidak tertarik.
Ada beberapa kutipan menariknya, antara lain:
- Perencanaan terbaik adalah merencanakan rencana yang mungkin berjalan tidak sesuai rencana (hlm 54).
- Dunia terlalu kompleks untuk memperkanankan 100% perbuatan kita menentukan 100% hasil (hlm 19).
- Manusia berencana, Tuhan tertawa (hlm 55).
- Merasa cukup adalah menyadari bahwa mengikuti gairah ketamakan akan mendorong banyak orang ke titik penyesalan (hlm 36).
- Melakukan sesuatu yang disukai di jadwal yang tak bisa dikendalikan bisa terasa sama dengan melakukan sesuatu yang dibenci (hlm 74).
Buku ini mengantar pembaca menarik tiga kesimpulan besar: pertama, dalam dunia investasi dengan segala derivasinya, tidak ada nasihat investasi keuangan yang benar-benar ampuh dijadikan acuan untuk setiap orang di semua momen; Kedua, bahwa uang dan ketamakan yang menyertainya masih sangat dominan mempengaruhi perilaku sosial warga Amerika; Ketiga, dalam melakoni kehidupan riil, selalu ada variabel yang tak terjangkau oleh pisau analisis rasional.
Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 07 Mei 2022/ 06 Syawwal 1443H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H