Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun Baru Hijriyah 1443H: Hijrah dari Keangkuhan Menuju Tawadhu di Masa Pandemi

10 Agustus 2021   16:46 Diperbarui: 10 Agustus 2021   17:47 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Hari ini 10 Agustus 2021 adalah awal tahun baru 01 Muharram 1443H. Dan untuk kedua kalinya, Tahun Baru Hijriyah diperingati selama periode pandemi.

Dan salah satu pesan moral Hijrah adalah terus berupaya meninggalkan sikap dan perilaku angkuh menuju tawadhu dan rendah hati. Selama masa pandemi, disengaja atau tidak, sebagian kita kadang terlalu angkuh dalam menjalani dan memperlakukan pandemi.

Tidak mengenakan masker dan ogah menghindari kerumunan, padahal sudah dianjurkan oleh ahlinya, adalah sikap angkuh yang terlalu mengandalkan kekuatan fisik dan imun fisik pribadi. Tidak sadar bahwa tidak mengenakan masker dan ikut berkerumun dapat membahayakan diri sendiri dan juga mencelakai orang lain.

Banyak fakta yang membuktikan: seorang yang sehat prima juga terpapar; ada orang yang sangat disiplin menjalankan prokes bahkan sudah divaksin tetap saja terpapar; bahkan ada kasus orang yang tidak keluar rumah juga ikut terpapar.

Karena itu, mengklaim diri mampu menanggulangi pandemi dengan semata kebijakan prokes, atau petentang-petenteng dengan kondisi kesehatan fisik yang prima adalah sikap angkuh.

Seusai karakternya, virus corona bisa menjangkiti siapa saja. Tidak ada orang yang benar-benar dijamin kebal. Dan setiap bentuk prokes untuk menghindari paparan virus hanya bisa diposisikan sebagai ikhtiar maksimal. Dan inti dari setiap ikhtiar adalah mengikuti hukum sebab-akibat.

Menentang hukum sebab-akibat (yang juga merupakan bagian dari sunnatullah) adalah perilaku keangkuhan. Dan salah satu faktor kesuksesan peristiwa Hijrah Nabi adalah karena mengikuti hukum sebab-akibat. Sebab ketika menjalani Hijrah dari Makkah ke Madinah, Nabi tidak semata mengadalkan doa (walaupun doanya dijamin akan dikabulkan).

Di sisi lain, bersikap tawadhu antara lain dapat diartikan mengikuti hukum sebab-akibat. Karena itu, menjalani kehidupan riil, termasuk dalam menghadapi masa pandemi, kita perlu tetap disiplin mengikuti hukum sebab-akibat sebagai bagian dari upaya ikhtiar. Karena ikhtiar adalah bagian inti dari perilaku tawadhu.

Sebaliknya menerobos dan tidak patuh pada hukum sebab-akibat bisa dimaknai sebagai perilaku menentang sunnatullah. Dan menentang sunnatullah adalah puncak keangkuhan.

Selamat merayakan Tahun Baru Hijriyah 01 Muharram 1443H. Salam sehat dan bahagia untuk semua.

Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 10 Agustus 2021/ 01 Muhaaram 1443H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun