Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Coronavirus, Prepare for The Worst, Hope for The Best

31 Januari 2020   06:38 Diperbarui: 31 Januari 2020   07:06 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya, pada Kamis, 30 Januari 2020, WHO menyatakan Coronavirus dalam status keadaan darurat secara global (global emergency).

Pandemic?

Jumlah kasusnya bertambah secara eksponensial: dari puluhan menjadi ratusan, dari ratusan menjadi ribuan. Pada 20 Januari 2020, berawal dari angka 282 kasus, lalu berlipat-lipat menjadi 7.800 kasus dalam tempo hanya 9 hari (pada 30 Januari 2020). Jumlah tewas telah menembus angka 170 orang (34 orang di antaranya meninggal pada Kamis dalam kurun waktu 24 jam).

Provinsi Hubei yang berpenduduk sekitar 60 juta jiwa, dan kota Wuhan yang merupakan episentrum munculnya Coronavirus dan berpenduduk 11 juta jiwa, telah diisolasi dan menjadi karantina terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Namun, diperkirakan ada sekitar 1 juta orang yang telah keluar dari wilayah provinsi Hubei, sejak 20 Januari sampai diisolasi pada 23 Januari 2020.

Simulasi Universitas Johns Hopkins pada Oktober 2019, yang memperkirakan Coronavirus akan membunuh 65 juta orang, bisa jadi akan berubah dari sekedar perkiraan menjadi kenyataan.

Sementara itu, para pakar memperkirakan, untuk menemukan vaksin yang efektif untuk Coronavirus, memerlukan waktu antara 6 sampai 12 bulan.

Menakutkan, sungguh. Dan yang bisa dilakukan adalah "Prepare for the worst, hope for the best."

Syarifuddin Abdullah | Kamis, 30 Januari 2020/ 05 Jumadil-tsani 1441H

-----------------

Catatan: Ungkapan "Prepare for the worst, hope for the best" adalah judul artikel di majalah The Economist, edisi 30 Januari 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun