Ini Lebanon, Bung! Penari perut dengan "kostum resmi"nya hadir di tengah massa aksi yang memprotes pemerintah.
Aksi protes massa di berbagai kota besar di Lebanon yang memprotes pemerintah telah memasuki hari ketujuh sejak dimulai pada Kamis, 17 Oktober 2019. Awalnya massa memprotes kebijakan pemerintah yang ingin memberlakukan pajak terhadap akses internet, lalu berkembang ke tuntutan agar pemerintah mundur.
Hari-hari berlalu, dan pada Senin 20 Oktober 2019, pemerintah yang dipimpin Saad Hariri merespon dengan mengeluarkan kebijakan reformasi ekonomi, yang berisi antara lain pemotongan gaji sebesar 50 persen untuk para menteri dan mantan menteri, anggota parlemen dan mantan anggota parlemen. Tapi respon pemerintah itu tampaknya dianggap "nggak nendang", dan aksi pun tetap saja berlanjut.
Meski aksi dilatarbelakangi oleh sederet persoalan serius di bidang ekonomi, tapi aksi dan para demonstran Lebanon tak kehilangan kreativitas untuk sebisa mungkin memeriahkan aksi, yang biasanya tegang dan brutal (seperti yang terjadi di Hong Kong atau Irak), lalu menjadi aksi yang lebih berkarakter festival dan menghibur.
Tentu saja ada moment-moment aksi yang memperlihatkan ketegangan dan adu-dorong antara massa dan aparat keamanan atau penutupan akses jalan dan pembakaran ban, orasi yang berapi-api dan yel-yel yang bergemuruh.
Melalui berbagai gambar audia dan video yang viral, aksi protes massa Lebanon berubah menjadi semacam momen festival: karakter pestanya lebih menonjol dibanding karakter keseriusan tuntutan aksi.
Satu pasangan pengantin, yang hari pernikahannya bertepatan ketika aksi masih sedang berlangsung, memutuskan bergabung dengan massa, lengkap dengan pakaian pengantinnya. Keduanya diarak berjalan memasuki kerumunan massa, lalu pengantin prianya digendong oleh seorang peserta aksi, dan menjadi perhatian massa aksi. Semua orang tersenyum melihatnya.
Lalu, dari atas balkon gedung yang terletak di pinggiran alun-alun yang menjadi pusat aksi di kota Beirut, sekelompok seniman memainkan musik. Terlihat seorang DJ menunjukkan keahliannya sambil menyemangati para peserta aksi.
Di sudut lain, sekelompok pemuda pria dan wanita terlihat bergabung dengan massa, dan tampaknya sejak awal mereka sengaja membawa peralatan shisa (alat isap sejenis rokok ala Timur Tengah yang dilengkapi tabung air dan selang panjang), kemudian memilih duduk santai di trotoar di lingkungan lokasi aksi sambil menikmati shisa, yang asap tebalnya menyebarkan aroma khas meski kadang membuat mata pedas.
Wanita penari perut itu menggerakkan seluruh bagian tubuhnya, dengan "kostum resmi" yang serba minim, sambil terus tersenyum menggoda, dan ia terkesan seperti sedang menari di sebuah cafe atau club dengan penonton terbatas.
Memang pada aksi-aksi sebelumnya di berbagai negara Arab, kadang ada wanita peserta aksi yang menari layaknya penari perut di tengah massa aksi, tapi tetap berpakaian normal.
Namun sekali lagi, ini Lebanon, Bung! Penari perut dengan "kostum resmi"nya hadir di tengah ribuan massa untuk memompa gairah dan semangat peserta aksi. Sesekali mungkin perlu juga aksi massa di Indonesia digairahkan dengan goyang dangdut Panturaan. Hehehehe.
Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 22 Oktober 2019/ 23 Safar 1441H
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI