Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Seorang Almarhum dari Alam Barzakh

5 Agustus 2019   16:30 Diperbarui: 5 Agustus 2019   17:09 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seingatku, pada malam Jumat sepekan lalu itu, sepulang kerja, aku berbaring di ruang tamu di rumahku. Lalu tiba-tiba mengalami semacam keadaan sulit bernapas secara normal. Saat itu, aku sempat berbersyahadat dua-tiga kali, sebelum akhirnya rohku terlepas dari jasadku, yang menurut medis, sekali lagi, aku telah meninggal dunia. Mati.

Namun, setelah momentum perpisahan roh dan jasadku, ternyata rohku tak mengalami perubahan tabiat apapun. Aku merasa, kesadaran rohku tetap seperti saat aku masih hidup di dunia. Bisa melihat dan mengamati.

Kini aku bergaul dengan roh-roh lain yang terpisahkan dari ratusan-ribuan-jutaan-milaran jasad, yang telah lebih dulu atau berbarengan meninggal dunia denganku.

Layar-3

Sesaat kemudian, yang hanya berselisih sepersekian detik dari momen sejak aku dinyatakan meninggal dunia oleh dokter, dari "dunia lain", aku (atau mungkin mata rohku) tetap bisa melihat dan mengamati semua orang-orang terdekatku yang bersedih, berkabung dan menangis.

Aku mengamati sebagian teman-temanku hadir melayat, beberapa tetanggaku nimbrung, kolega-kolegaku sebagian hadir melayat dan sebagian lainnya mengirimkan karangan bunga. Keluargaku yang tinggal jauh dari lokasi wafatku mengirimkan doa.

Dari semua ucapan duka itu, yang paling banyak adalah mereka yang berkabung dengan menulis kata berduka melalui media sosial.

Selama beberapa jam setelah meninggal dunia, ketika jenazahku masih disemayamkan di rumah duka, aku mengamati jenazahku terbaring kaku, diam tak berdaya, terbungkus kain, dilayat dan dikelilingi banyak pelayat, yang datang silih berganti.

Kemudian jenazahku dimandikan dan dikafani, disembahyangkan, lalu dipapa ke tandu, kemudian diantar ke kuburan, dimasukkan ke liang lahat, dan dibacakan doa. Setelah itu, aku mengamati semua pelayat pulang dari kuburan dan kembali ke tempatnya masing-masing.

Di kuburan, aku melihat tubuhku teronggok kaku, tak berdaya di dalam ruang sebidang tanah, seukuran jenazahku, yang bagian atasnya dilapisi papan pelindung, yang tertimbun tanah di kedalaman sekitar 1,5 meter di bawah permukaan bumi. Tak satu pun hartaku yang diikutkan untuk dikuburkan bersama jenazahku. Hanya aku dan kain kapan, yang pengikatnya telah dilepas.

Layar-4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun