Seorang ayah atau ibu berkabung atas kematian putra atau putrinya. Padahal si anak yang wafat langsung diantar oleh malaikat masuk surga.
Seorang anak bersedih karena ayah atau ibunya wafat. Padahal sang ayah atau ibu yang meninggal itu langsung disambut hangat oleh malaikat penjaga surga.
Seorang suami bersedih karena ditinggal mati oleh istri. Dan  sang suami tak sadar bahwa istrinya langsung ke surga.
Seorang istri berkabung karena ditinggal wafat oleh suami. Padahal sang suami berbahagia disambut hangat oleh sesama penghuni surga.
Bersedih setelah kehilangan tentu wajar, dan mengikuti tabiat azali manusia: berkabung akibat perpisahan selamanya dengan orang-orang terdekat.
Namun semua orang, tanpa kecuali, juga seharusnya meyakinkan diri bahwa doa yang tulus akan mengantar orang-orang terdekat yang mendahului kita itu, langsung ke surga.
Saya lalu teringat satu kasus: sepasang suami-istri muda berkabung berminggu-minggu setelah bayinya meninggal dunia sesaat setelah dilahirkan.Â
Saya lalu mencoba menta'ziyah keduanya dengan mengatakan begini:
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Allah akan "merasa malu" jika tak memasukkan ke surga dua jenis manusia: orang yang buta sejak lahir hingga meninggal dunia; dan anak yang wafat ketika masih bayi.Â
Dan seorang bayi (termasuk bayi dari pasangan muda itu) pasti akan meminta kepada Allah agar kedua orangtuanya juga dimasukkan ke surga.
Beberapa hari kemudian, saya bertemu dengan pasangan muda tersebut, dan sambil tersenyum bahagia mengucapkan terima kasih atas ta'ziyah yang saya sampaikan kepada keduanya.
Jika kehilangan (ditinggal mati) oleh orang-orang terdekat, bersedihlah! Namun kesedihan dan perasaan kehilangan itu, harus dibuat sewajar mungkin, dengan meyakini bahwa orang-orang yang mendahului itu telah berbahagia di surga.Â
Penghuni surga kok disedihkan berlarut-larut!!!
Syarifuddin Abdullah | 04 Agustus 2019/ 03 Dzul-hijjah 1440H
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI