Ketiga, bila Amerika dan Donald Trump bisa mempermalukan diplomat sekelas Kim Darroch, yang mewakili Inggris yang notabene adalah negara sekutu Amerika, dapat dibayangkan bagaimana Donald Trump akan memperlakukan Dubes-Dubes lain dari negara lain yang coba-coba berperilaku seperti Kim Darroch.
Keempat, dari bocoran-bocoran itu, publik dunia akhirnya mengetahui beberapa kosa kata, istilah atau kategori dan klasifikasi laporan-laporan Dubes Inggris di luar negeri: ada yang disebut "official sensitive", lainya dinamai "DipTel (Diplomatic Telgram)", confidential, ada juga istilah flood the zone (yang dapat diartikan menggalang sumber informasi).
Kelima, tidak semua surel Darroch berbau negatif tentang Donald Trump. Pada sebuah kawat, Darroch menulis pujian pengakuan tentang kehebatan Donald Trump: "Trump has been mired in scandal pretty much all his life and has come through it. He seems indestructible (Trump sepanjang hidupnya telah mengalami banyak skandal, dan ia mampu melewatinya.Â
Trump tampaknya tak bisa dihancurkan." Darroch bahkan membuat metafora menarik: Donald Trump seperti sosok Arnold Schwarzenegger dalam film "The Terminator," yang tak bisa dihancurkan dan tak terkalahkan.
Keenam, setelah membaca beberapa laporan kawat diplomatik Kim Darroch, saya menyimpulkan sementara bahwa dari segi profesionalitas, Darroch telah menunaikan tugasnya dengan baik sebagai Dubes Inggris.Â
Ia memberikan assesment dan analisa terhadap situasi politik di negara penugasannya. Untuk itu, ia melakukan penetrasi dan menggalang sumber informasi dari inner-cycle (lingkaran dalam) Donald Trump di Gedung Putih, yang disebut dalam satu laporannya sebagai "the presiden's whisperers (para pembisik Presiden).
Ketujuh, namun biar fair, ada kemungkinan juga bahwa Kim Darroch memiliki kebencian personal terhadap Donald Trump. Sebab, sebagai seorang diplomat papan atas, Darroch diasumsikan mestinya memahami benar bahwa salah satu tugas utama seorang diplomat adalah membangun dan menjembatani kepentingan antara negara yang diwakilinya dengan negara penugasannya, bukan malah melakukan tindakan yang justru merusak atau menghancurkannya.
Kedelapan, apapun itu, buat saya, Kim Darroch termasuk sangat ceroboh. Sebagai seorang diplomat papan atas, mestinya ia tahu dan belajar dari kasus wikileaks (Julian Assange) yang sejak 2006 telah membocorkan jutaan kawat diplomatik tentang berbagai kasus global. Artinya selalu ada kemungkinan kawat diplomatik, apalagi yang bersifat sensitif, bocor dan/atau dibocorkan ke media.
Syarifuddin Abdullah | 11 Juli 2019/ 08 Dzul-qa'dah 1440H
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI