Layar film diawali dengan serangkaian penangkapan di Moskow terhadap sejumlah orang yang bekerja di berbagai profesi pada tahun 1985. Tidak ada narasi penjelasan, kenapa? Tapi tampaknya itu "operasi pembersihan" yang dilakukan oleh dinas rahasia Soviet, KGB, terhadap orang-orang yang dicurigai sebagai mata-mata untuk kepentingan  lembaga atau negara asing.
Lalu, settingan waktu berpindah 5 tahun kemudian, 1990: ke sebuah pasar tradisional (Izmailovo Market), yang terletak di pinggiran timur kota Moskow, yang sebagian besar kios-kios dan lapaknya khusus menjual barang-barang loakan dan souvenir khas Rusia.Â
Di tengah keramaian pasar (kebetulan saya pernah mengunjungi pasar ini di awal Mei 2019), kamera menyorot seorang lelaki bernama Samy (diperankan Jean-Baptiste Puceh), yang diperintahkan oleh bosnya untuk meng-hunting wanita cantik yang potensial dipoles menjadi model kelas dunia.
Singkat cerita, Samy terpikat melihat kecantikan seorang wanita penjual di sebuah kios, yang menyebut namanya: "Anna", ketika Samy bertanya "What is your name?" Sesaat kemudian, menara Eifel tampil di layar, yang menunjukkan Anna telah berada di Paris, kota model dan mode, dan Anna pun segera menjalani kehidupan glamour.
Dengan flash-back, tiga tahun sebelumnya, penonton "diberitahu" latar belakang Anna yang sesungguhnya: agen spy KGB, pembunuh berdarah dingin, yang apik menggunakan semua jenis senjata, tak pernah meleset saat menyasar targetnya. Ia direkrut dan bekerja dengan imbalan janji: akan bebas setelah aktif melaksanakan perintah selama 5 tahun.
Setting periodisasi film Anna memang berbelit, meloncat-loncat: berawal pada tahun 1985, lalu meloncat ke tahun 1990, kemudian mundur tiga tahun sebelumnya (1987), lalu pindah lagi beberapa bulan ke depan, mundur lagi enam bulan kemudian, dan begitu seterusnya. Peralihan maju-mundur periodisasi waktu berlangsung rata-rata setiap seperempat jam, dari total durasi film selama sekitar 115 menit.
Dengan profesi sebagai model di Perancis, Anna memiliki cover job yang nyaris tanpa cacat dan sulit disingkap. Cover job itu membuatnya leluasa melaksanakan setiap penugasan dengan baik.
Namun tak pernah ada cover job yang benar-benar sempurna. Kedok-nya terdeteksi oleh Lenny/Leonard Miller, agen handler CIA (yang diperankan kurang meyakinkan oleh Cillian Murrphy), yang kemudian memaksa Anna bekerja untuk CIA. Setelah diancam akan diblowup jika menolak, Anna tentu tak punya pilihan lain.
Dari segi plot, sepintas alur cerita film Anna bisa dibilang standar banget: tidak ada tikungan plot yang menggoda dan memicu gairah dan penasaran pemirsanya.
Dalam adegan-adegan aksi thriller-nya, juga terkesan berlebihan. Agak sulit memadukan antara Anna yang berbadan ceking dan tak berotot, dan tuntutan skenario sebuah film aksi.Â
Akibatnya, saat bertarung "tangan kosong" atau "tangan berisi" (pake pisau, senjata, piring pecah atau apapun) dan Anna memenangkan pertarungan tanpa lecet sedikit pun, kesannya memang seperti film superhero. Padahal daya pikat sebuah film spy justru terletak ketika ia diproduksi senormal dan sealami mungkin, bukan seperti film "Batman" dan "Spiderman."
Karena itu, jika disandingkan dengan film yang segenre, "Red Sparrow" atau "Nikita" misalnya, menonton "Anna" awalnya memang membosankan, bahkan kadang menjengkelkan. Plot yang berbelit-belit, melalui flash-back yang terkesan tak disetting dengan apik, yang mestinya bisa membuat film Anna menjadi menggairahkan, malah justru mengganggu keasyikan penonton.
Dan seperti umumnya film-film spionase, cerita Anna memang klasik: terpaksa dan/atau dipaksa oleh keadaan untuk bekerja pada dua lembaga intelijen yang saling bermusuhan. Di sini Anna sebenarnya diharapkan tampil dan ditampilkan dalam kondisi ketegangan psikologis tanpa jeda. Namun tak satu pun adegan yang sungguh menampilkan ketegangan psikologis Anna yang genuine sebagai seorang agen ganda.
Film Anna juga tampak lemah dari segi riset historisnya: pertama, mobil jenis Mercedes SUV, yang menabrak mobil antik Soviet jenis Trabant, belum diproduksi pada tahun 1985. Kedua, pada settingan periode tahun 1987, saat terperangkap menjadi pelacur, Anna terlihat menggunakan laptop, yang sebenarnya baru diperjuabelikan beberapa tahun kemudian; ketiga, saat selesai membunuh Vassilieve, bos KGB (yang diperankan Eric Godon), Anna terlihat mencuri data dengan menggunakan hard-drive portable atau USB yang notabene baru ada di pasaran sekitar satu dekade kemudian.
Sebagian penonton mungkin sulit mendeteksi dan memperkirakan apalagi menentukan apa sebenarnya yang diinginkan oleh seorang wanita cantik bernama Anna di film Anna. Tapi di ujung film, Anna tampaknya menyelami dan sepenuh jiwa menjalankan doktrin mentornya: "Never put your faith in men. Put your faith in yourself." Anna membenturkan dua lelaki dan/atau lebih tepatnya dua lembaga telik sandi, karena ia paham betul, kedua lembaga itu takkan mungkin menepati janji pembebasannya.
Makanya, jika Anda seperti saya yang tidak terlalu tangkas mengikuti plot yang berbelit, mungkin Anda juga perlu menontonnya beberapa kali, sebelum menyimpulkan bahwa Anna adalah film spionase yang gagal memukau.
Syarifuddin Abdullah | 27 Juni 2019/ 24 Syawwal 1440H
-------------------
Judul film: Anna
Sutradara: Luc Besson
Pemain kunci: Sasha Luss sebagai Anna; Luke Evans sebagai Alex Tchenkov, agen handler KGB; Cillian Murrphy sebagai Lenny Miller, agen handler CIA; Hellen Mirren sebagai Olga, mentor atau case officer KGB; Eric Godon sebagai Vassilieve, bos KGB; Jean-Baptiste Puceh sebagai Samy, pemburu wanita model potensial.Â
Tanggal pentas: 21 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H