Selama beberapa minggu terakhir, ketegangan antara Amerika dan Iran kembali memanas. Seolah perang akan segera meletus pada jam-jam tertentu. Namun, kalau mencermatinya secara tajam, berdasarkan kronologisnya, kedua pihak sebenarnya punya alasan kuat untuk tidak menabuh genderang perang.
Kronologi:
2015, enam negara besar (Amerika, Rusia, China, Perancis, Inggris, Jerman) dan Iran menadatangani perjanjian nuklir Iran. Secara garis besar, perjanjian itu memaksa Iran menghentikan produksi uranium dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.
Mei 2019, Donald Trump resmi menarik Amerika dari perjanjian tersebut, dengan alasan kesepakatan itu merupakan perjanjian terburuk yang pernah dilakukan oleh Amerika dengan negara lain, dan menuding Iran tidak mematuhi pasal-pasal perjanjian.
Mei 2019, setelah berlangsung kurang lebih setahun, dan tampaknya mulai kehabisan kesabaran mempertahankan kebijakan "strategic patience"-nya dalam menghadapi gaya Donald Trump, Iran akhirnya menegaskan tidak peduli lagi dengan kesepakatan nuklir itu.Â
Teheran menegaskan akan segera mulai memproduksi melampaui cadangan uraniumnya dan mungkin melakukan kegiatan pengayaan uranium ke tingkat yang mendekati kemampuan membuat bom nuklir.Â
Lalu melalui proxy-nya di Yaman dan Irak, rudal-rudal dan drone Iran menyerang pipa minyak dan Bandara di Saudi Arabia, juga pangkalan Amerika di Irak.Â
Amerika kemudian merespon dengan menarik sebagian personil militernya yang tidak diperlukan (non-esential staff) dari Irak, sebagai isyarat akan memasuki periode ketegangan serius melawan Iran.
11 Juni 2019: Iran melepaskan seorang warga Lebanon (dan pernah lama tinggal di Amerika), yang dituding sebagai mata-mata. Tindakan Iran ini seolah ingin mengirim sinyal positif dalam rangka menyambut kunjungan PM Jepang Shinzo Abe, yang tampaknya diutus Amerika untuk melakukan perundingan awal dengan para Mullah di Teheran.
12 Juni 2019: PM Jepang Shinzo Abe berkunjung ke Iran dan menyampaikan pesan kepada Ayatullah Khamenei bahwa "Trump ingin perjanjian nuklir baru, bukan perubahan rezim di Teheran." Tapi Khamenei tegas menolak dengan mengatakan, "Iran has no trust in Amerika (Iran tidak percaya lagi dengan Amerika)."