Ambisi global dan regional Putin juga dibuktikan dengan penguatan basis militer Rusia di Suriah. Dan Amerika bersama Uni Eropa pun tak mampu berbuat apa-apa. Dan jangan dianggap enteng kemampuan penetrasi teknologi informasi Rusia. Masih segar dalam ingatan dan kasusnya masih berlanjut terkait massifnya "intervensi Rusia" (baca: intervensi Putin) dalam menentukan kemenangan Donald Trump pada Pilpres Amerika 2016.
Asia Selatan
Konflik Afghanistan cenderung akan berjalan di tempat, mungkin akan memburuk, khususnya menjelang Pemilu Presiden Afghanistan pada April 2019. Sulit mencapai terobosan yang mendamaikan semua pihak yang berkonflik. Pemerintahan resmi di Kabul impoten memberlakukan grid kekuasaannya terhadap semua wilayah Afghanistan. Anasir Taliban tetap memiliki sumber daya untuk melancarkan serangan.
Budaya dan mental konflik di kalangan warga Afhganistan menjadi salah satu isu yang sulit dan belum ditemukan cara atau metode mengatasinya. Semua warga Afghanistan, bahkan anak di bawah usia pun, tahu cara menggunakan senjata AK-47, dan konflik antar individu akibat persoalan sepele bisa mengakibatkan terjadinya pertempuran berskala besar antar kelompok .
Sementara konflik antara Pakistan dan India di wilayah Kashmir juga cenderung akan status quo. Sesekali memang bisa terjadi gesekan, namun tidak akan memicu pertempuran besar antara dua negara yang memiliki senjata nuklir tersebut.
Asia TimurÂ
China akan terus melebarkan spektrum pengaruhnya ke berbagai belahan bumi, melalui penetrasi ekonomi. Akan sulit dibendung. China melakukan penetrasi global melalui produk yang paling sederhana seperti jarum dan peniti, sampai penetrasi di bidang infrastruktur dan investasi padat modal seperti teknologi informasi. No body can stop it, bahkan oleh Amerika sekalipun.
Konflik di Laut China Selatan juga relatif akan status quo. Tidak ada satupun pihak yang memiliki keberanian atau nekat memaksakan kehendaknya secara frontal terhadap pihak lain. Potensi konflik di Laut China Selatan masih dikontrol terutama karena masih adanya perimbangan kekuatan antar para pihak. Semua pihak menyadari bahwa sekali meletus pertempuran skala kecil di Laut China Selatan, tak seorang yang tahu cara mengakhirinya. Jadi mendingan tidak memulainya.
Korea Utara relatif telah dijinakkan melalui pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un pada 12 Juni 2018 di Singapura. Tapi Kim Jong Un adalah pemimpin muda yang diasumsikan masih labil secara emosional. Artinya, selalu ada potensi perubahan mendadak terkait kebijakan Kim Jong Un mengenai nuklir Korut. Selain itu, China juga akan menjadikan Korut sebagai "kartu" dalam menghadapi Amerika.
Korea Selatan akan tetap eksis mendominasi pasar global melalui produk-produk IT-nya (baca: Samsung). Penduduk global juga tampak semakin gandrung dengan peralatan rumah tangga produk Korea Selatan. Sambil terus melupakan produk-produk Jepang. Tapi Jepang masih bertahan di bidang otomotif.
Dalam mengahadapi hegemoni China, Jepang dan Korsel akan tetap konsisten mempertahankan kerjasama strategis dan mengandalkan perlindungan dari Amerika Serikat. Artinya, pangkalan militer Amerika di beberapa titik di Pasifik termasuk di Jepang dan Korea Selatan akan tetap dipertahankan.