Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Alim-Ulama dan Allamah

23 September 2018   23:10 Diperbarui: 24 September 2018   08:15 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: republika.co.id

Wa fadhluhu wa nisbatun wal-wadhi'u# wal-ismu al-istimdadu, hukmu-ssyari'i.

Masailu walba'dhu bil-ba'dhi iktafa# wa man dara-l-jami'a haza-ssyarafa).

"Bahwa untuk menguasai satu disiplin ilmu harus ditelaah dalam 10 syarat prinsipil: (1) defenisi (terminologi dan etimologinya), (2) tema dasar kajiannya; (3) manfaatnya, (4) keutamaannya; (5) korelasinya dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya; (6) perumusnya atau pencetusnya; (7) nama ilmunya; (8) sumbernya (nash atau akal atau kombinasi keduanya); (9) hukum mempelajarinya (wajib, haram, sunnah, makruh, mubah); (10) persoalan-persoalan yang dibahasnya, yang saling melengkapi dan tekait. Siapapun yang menguasai ke-10 prinsip itu akan meraih kemuliaan".

Artinya, untuk menjadi ulama dalam satu bidang ilmu agama saja, tidaklah mudah dan pasti bukan proses sehari-dua-malam, dengan mantra sim salabim.

Kesepuluh, bahwa kealiman atau keulamaan tidak berkorelasi positif dengan model pakaian (serban, gamis, songkok, baju koko, sarung dan segala turunannya). Sebab pakaian lebih sebagai tradisi saja. Dan tiap tradisi adalah hasil atau muncul dari konsensus komunitas.

Namun, tidak salah juga memang bila ada yang meyakini bahwa model pakaian sedikit-banyak akan menambah aura tertentu bagi seorang ulama (Ilustrasi: ada khatib Jumat bertopi koboi, berbaju singlet dan bercelana training. Secara hukum sebenarnya nggak ada persoalan. Tapi jemaah Jumat bisa dipastikan tidak akan menerimanya).

Sebagai penutup, saya ingin menegaskan, menjadi ulama itu, selain sulit dan secara sosial bisa saja menjadi faktor yang memuliakan seseorang, namun juga dapat menjadi beban moril tak tertanggunkan. Makanya heran juga bila ada orang, siapapun dia, yang terkesan seolah bangga mengemis disebut ulama.

Syarifuddin Abdullah | 23 September 2018/ 13 Muharram 1440H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun