Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasar Valas, Nyata tapi Maya

8 September 2018   09:00 Diperbarui: 8 September 2018   09:21 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Tribunnews.com/Herudin

Selain itu, bukan juga hanya melibatkan satu-dua-tiga pasar bursa dan valas, tapi transaksi besar berlangsung antar berbagai bursa besar di dunia. Dan nyaris semua transaksi berlangsung dalam bentuk pertukaran atau pergantian angka di layar komputer, nyaris tak menyertakan pertukaran fisik barang. Setelah pasar mereda, lalu dilakukan proses clearing untuk menghitung siapa yang untung dan pihak yang buntung.

Aksi saling serang ini: pasar membeli USD dengan Rupiah melawan intervensi bank sentral yang membeli Rupiah dengan USD, bisa terjadi berulang-ulang (puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali) dalam hitungan jam, yang umumnya atau aslinya ditingkahi aksi para spekulan, yang konon hanya memanfaatkan suasana gaduh moneter untuk meraup untung atau margin dari jual-beli.

Dan proses saling serang itu akan berhenti sampai pelaku pasar berasumsi dan lalu memutuskan bahwa Rupiah telah berada pada nilai equilibrium-nya (asumsi nilai keseimbangan yang relatif ideal).

Namun rentang nilai equilibrium tersebut juga tidak pernah jelas betul. Tapi nilainya umumnya akan dicantolkan atau dianalisa atau disejajarkan dengan berbagai variabel fundamental ekonomi. Karena sulit memastikan secara pasti tentang berapa nilai equilibrium itu, maka muncul istilah kurs fsikologis. Kali ini, nilai psikologis untuk Rupiah adalah Rp15.000 per 1 USD.

Bank Sentral tidak pernah mengumumkan secara lengkap dan terbuka tentang siapa-siapa pembeli itu dan siapa pula penjualnya, baik individu atau perusahaan investasi. Bank sentral hanya menyebutkan, Rupiah tertekan atau nilainya menurun, dan Bank Sentral merasa perlu melakukan intervensi pasar.

Yang kita tahu, bahwa setelah aksi serang itu (jual-beli, beli-jual, jual-beli), cadangan devisa yang umumnya dalam bentuk USD, tiba-tiba sudah menyusut misalnya jutaan bahkan sekian miliaran USD. Namun jumlah pasti yang terkuras dari pundi-pundi bank sentral tidak pernah diumumkan ke publik.

Dan fakta ini semakin membuktikan bahwa pasar Valas dalam pengertian moneter adalah sebuah sebuah entitas yang nyata tapi maya, atau sebaliknya, maya tetapi nyata.

Pada poin inilah sebenarnya, jika mau dan ada sekelompok investor besar (gabungan individu atau perusahaan investasi) di bidang keuangan sepakat melakukan spekulasi untuk menyerang mata uang sebuah negara, sangat mungkin terjadi. Itu pula sebabnya, setiap anjloknya nilai mata uang suatu negara tidak pernah steril dari kalkulasi kepentingan politik.

Dari sini kemudian muncul ungkapan bijak: jika kekuatan pundi-pundimu di bawah rata-rata, jangan pernah coba-coba menggiring apalagi memancing pasar untuk melawanmu.

Syarifuddin Abdullah | 08 September 2018/ 27 Dzul-hijjah 1439H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun