Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peresmian Kedutaan Besar Amerika di Jerusalem

14 Mei 2018   23:05 Diperbarui: 14 Mei 2018   23:39 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: screenshot liputan langsung stasiun televisi France24dari Jerusalem, yang memperlihatkan kutipan pernyataan Benjamin Netanjahu PM Israel yang mengatakan kepada Presiden Donald Trump,

Pada tahun 637 (tahun 16 Hijriyah) Khalifah Umar bin Khattab tiba di Al-Quds untuk menerima kunci kota Jerusalem, yang saat itu dibawah tanggung jawab Uskup Sophronius, perwakilan Bizantium dan kepala gereja Kristen Jerusalem. Setelah menerima kunci kota, Umar bin Khattab sempat melewati gunung di bagian selatan kota suci itu, lalu seketika Umar bertakbir (allhu akbar), dan sejak itulah, gunung itu disebut Jabal Al-Mukabbir (Gunung yang Bertakbir).

Di lereng gunung itu, kemudian terbentuk perkampungan yang disebut kampung Jabal Al-Mukabbir, yang beririsan dengan sebuah puncak bukit/gunung yang populer dengan nama Arnona, yang saat ini menjadi lokasi Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika.

Lokasi Konjen Amerika itulah yang menjadi lokasi pesta peresmian Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika di Jerusalem, Senin, 14 Mei 2018, yang bertepatan dengan peringatan 70 tahun berdirnya Israel. Di samping Konjen itu, terdapat sebuah hotel, yang sudah dibeli oleh Kemenlu Amerika sejak tahun 2014.

Undangan yang hadir

Dalam memeriahkan peresmian Kedubesnya, Donald Trump mengirim delegasi yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Amerika.

Selain itu, dari 86 Duta Besar yang terakreditasi di Israel, 30 di antaranya menghadiri acara peresmian, antara lain Dubes Hongaria, Check dan Bulgaria.

Israel juga mengundang tokoh-tokoh dunia, jumlahnya sekitar 800 tokoh, 300 di antaranya asal Amerika, termasuk putri Donlad Trump, Ivanka, dan suaminya Jared Kushner.

Peristiwa simbolis sarat makna

Peresmian Kedubes Amerika di Jerusalem merupakan tindak lanjut dari pengumuman Donald Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel pada 6 Desember 2017. Donald Trump menepati janji kampanyenya.

Dan kita tahu, tiap gedung Kedubes adalah simbol pengakuan. Dan hari ini, Amerika menancapkan simbol pengakuan itu di Jerusalem, dengan pongah dan angkuh. Saya menengok akun Twitter pribadi Donald Trump, dan terbaca postingan yang berbunyi "Big day for Israel. Congratulations!"

Kekerasan tak terelakkan

Dua keinginan kontras yang saling menegasikan tentu akan berujung pada tindak kekerasan. Warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza memprotes, berdemo besar-besaran. Militer Israel merespon dengan keras. Dan korban pun berjatuhan.

Ketika artikel ini sedang ditulis (sekitar pukul 22.00 WIB, 14 Mei 2018), jumlah korban tewas di pihak warga Palestina telah mencapai 41 orang, korban cedera mendekati angka 2.000 orang.

Dan kekerasan itu masih akan berlanjut, dan korban tewas atau cedera juga akan bertambah selama beberapa hari, minggu, bulan, dan tahun ke depan.

Sambil menonton secara live liputan berbagai stasiun televisi internasional, upacara peresmian Kedubes Amerika yang meriah di satu sisi, dan di sisi lain kerumunan massa Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, ban bekas di bakar di jalan-jalan yang membuat langit Palestina menghitam akibat asap pekat. Di sudut lain, pesta para penganut Yahudi ortodoks, lalu ada tembakan gas air mata dan sesekali peluru tajam bahkan bom yang meluncur dari jet tempur atau helikopter Israel. Sungguh, sebuah pemandangan pertarungan antara kedigdayaan melawan ketidakberdayaan.

Dan terus terang, saat ini, jari jemari tangan saya seolah tak mampu dan enggan mengetik nama-nama negara apalagi nama pemimpin-pemimpin, yang semestinya mendukung perjuangan Palestina, yang tak berdaya melawan kedigdayaan. (Sumber)

Saya lalu membatin, pada hari ini mungkin akan banyak warga Palestina yang mengingat fatwa Syaikh Yusuf Al-Qardhawi beberapa tahun silam, yang menghalalkan aksi bom istisyhadiyah (bom bunuh diri) bagi warga Palestina yang dilakukan khusus untuk melawan pendudukan Israel (fatwa ini tidak berlaku untuk wilayah di luar Palestina). Sebuah fatwa yang kemudian mendorong pemerintah Israel untuk membangun tembok-tembok pemisah antara wilayah pemukiman Yahudi dan kampung-kampung konsentrasi warga Palestina.

Syarifuddin Abdullah | 14 Mei 2018 / 28 Sya'ban 1439H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun