Pada tahun 637 (tahun 16 Hijriyah) Khalifah Umar bin Khattab tiba di Al-Quds untuk menerima kunci kota Jerusalem, yang saat itu dibawah tanggung jawab Uskup Sophronius, perwakilan Bizantium dan kepala gereja Kristen Jerusalem. Setelah menerima kunci kota, Umar bin Khattab sempat melewati gunung di bagian selatan kota suci itu, lalu seketika Umar bertakbir (allhu akbar), dan sejak itulah, gunung itu disebut Jabal Al-Mukabbir (Gunung yang Bertakbir).
Di lereng gunung itu, kemudian terbentuk perkampungan yang disebut kampung Jabal Al-Mukabbir, yang beririsan dengan sebuah puncak bukit/gunung yang populer dengan nama Arnona, yang saat ini menjadi lokasi Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika.
Lokasi Konjen Amerika itulah yang menjadi lokasi pesta peresmian Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika di Jerusalem, Senin, 14 Mei 2018, yang bertepatan dengan peringatan 70 tahun berdirnya Israel. Di samping Konjen itu, terdapat sebuah hotel, yang sudah dibeli oleh Kemenlu Amerika sejak tahun 2014.
Undangan yang hadir
Dalam memeriahkan peresmian Kedubesnya, Donald Trump mengirim delegasi yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Amerika.
Selain itu, dari 86 Duta Besar yang terakreditasi di Israel, 30 di antaranya menghadiri acara peresmian, antara lain Dubes Hongaria, Check dan Bulgaria.
Israel juga mengundang tokoh-tokoh dunia, jumlahnya sekitar 800 tokoh, 300 di antaranya asal Amerika, termasuk putri Donlad Trump, Ivanka, dan suaminya Jared Kushner.
Peristiwa simbolis sarat makna
Peresmian Kedubes Amerika di Jerusalem merupakan tindak lanjut dari pengumuman Donald Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel pada 6 Desember 2017. Donald Trump menepati janji kampanyenya.
Dan kita tahu, tiap gedung Kedubes adalah simbol pengakuan. Dan hari ini, Amerika menancapkan simbol pengakuan itu di Jerusalem, dengan pongah dan angkuh. Saya menengok akun Twitter pribadi Donald Trump, dan terbaca postingan yang berbunyi "Big day for Israel. Congratulations!"
Kekerasan tak terelakkan