Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Resensi Film Red Sparrow

11 Maret 2018   11:00 Diperbarui: 13 Maret 2018   01:19 1664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai film spy thriller, seluruh rangkaian plot Red Sparrow (Maret 2018), sebenarnya bisa terduga: tipu-tipu, aksi kekerasan, seks yang kadang ekstrem, pengkhianatan agen, penyiksaan, pembunuhan dan seterusnya. Dan semua itu dilakukan dengan mengacu pada sesuatu yang sering sulit didefenisikan: asumsi atau bahkan ilusi tentang musuh negara.

Premis dasarnya: negara harus dilindungi dari berbagai kemungkinan bahaya yang bisa muncul dari mereka yang diasumsikan atau diilusikan sebagai musuh negara. Karena itu, diperlukan semacam sekelompok agen intelijen, yang dilatih secara khusus, program dan kurikulum khusus. Dalam film Red Sparrow itu, sekolah dan peserta program khusus itu disebut Sparrow (burung pipit).

Bagian film yang sungguh berkaitan dengan dengan tema utamanya adalah suasana di sekolah Sparrow, yang dikelola oleh KGB. Durasinya hanya sekitar 10-15 menit dari total durasi film yang 140 menit. Menarik karena di sekolah itulah, substansi budaya dan karakter telik sandi ditelanjangi.

Seorang perwira intelijen CIA (Nates) berkomentar tentang sekolah itu, "Ketika saya bertugas di Moskow, saya mendengar sebuah progam khusus, yang melatih para agen KGB untuk menggoda dan menipu, dengan menggunakan tubuh dan apa saja. Pesertanya disebut Sparrow (When I was in Moscow I heard about a program. Young officer trained to seduce and manipulate, to use their bodies, to use everything. Called them Sparrows)". Singkat kalimat: sekolah Sparrow mendidik siswa-siswinya dengan materi yang tak didapat melalui pendidikan umum.

Dan seperti biasanya, rekrutmen agen untuk dikirim ke Sekolah Sparrow dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan sasaran rekrutmen: Dominika Egorova (yang diperankan Jennifer Lawrence) terdesak masalah ekonomi, karena sewa apartemen dan biaya dokter ibunya tak lagi ditanggung oleh perusahaan pertunjukan seni, setelah Dominika mengalami kecelakaan di panggung: kakinya patah, yang tidak memungkinkannya lagi menjadi penari ballet.

Penampilan instruktur di sekolah Sparrow, "Matron" (diperankan dengan memukau oleh Charlotte Rampling) mengirim pesan karakter seorang perwira intelijen yang sejati: wajahnya tanpa rasa, perintahnya jelas dan tak bisa ditawar, tidak ada belas kasihan, dan mengarahkan semua siswa-siswinya untuk mengenyampingkan pertimbangan moral apapun. Maka dengan mimik dingin, Matron bisa dengan enteng memerintahkan dua siswa Sparrow, laki-wanita, untuk melakukan seks di depan kelas.

Alasannya: karena seorang Sparrow harus dan wajib bisa menegasikan seluruh kepentingan pribadi dan pertimbangan moralnya untuk satu tujuan: menggali informasi dari mereka yang diasumsikan musuh negara.

Sekolah Sparrow, yang menurut Dominika adalah sekolah pelacuran (whore school), didesain untuk melatih pesertanya agar kelak menjadi agen yang menguasai psikologi musuh. Matron menjelaskan sebuah prinsip psikologis: "Every human being is a puzzle of need. You must become the missing piece and they will tell you anything" (Tiap manusia adalah semacam susunan kepingan-kepingan berbagai keinginan. Maka Anda (para Sparrow) harus mampu menempatkan dirimu sebagai salah satu bagian dari puzzle keinginan yang hilang, dan dengan begitu, Anda akan memperolah apapun yang Anda inginkan)".

Di depan kelas, Matron, seorang wanita berusia 50 tahunan, ditampilkan sebagai seorang perwira yang sangat berpengalaman, dengan dingin mulai mendoktrin siswa-siswanya dengan kalimat-kalimat pendek yang penuh makna:

"From this day forward you will become Sparrows, weapons in a global struggle for power (mulai hari ini dan seterusnya, Anda akan menjadi Sparrow, senjata yang dilatih untuk berjuang meraih kekuasaan dan pengaruh global).

"You'll be trained in psychological manipulation (kalian akan dilatih memaksimalkan manipulasi psikologis).

"You must learn to push yourself beyond all limitation (kalian harus menyiapkan diri agar kelak mampu menanggung segala hal, yang melebihi kemampuan kalian menanggungnya).

Take off your clothes. When we are finished with you the person you were will no longer exist (tanggalkan semua pakaianmu - termasuk kepribadianmu, juga moral dan segala prinsip kehidupannmu. Begitu Anda dianyatakan lulus dari pendidikan ini, Anda menjadi manusia baru, yang berbeda total dengan Anda sebelumnya).

Dengan doktrin pendidikan seperti itu, para jebolan sekolah Sparrow adalah manusia-manusia yang tanpa rasa dan tanpa jiwa. Meskipun lulusan terbaik, namun kalau masih punya rasa dan jiwa, akan menjadi persoalan: You are better at this than any of us. Your only problem is you have a soul (kamu yang terbaik dibanding semuanya. Persoalanmu adalah karena masih punya jiwa dan rasa).

Tentang sosok lulusan Sekolah Sparrow, digambarkan dengan baik oleh Marty Gable (Bill Camp), seorang perwira CIA, saat mengomentari sosok Dominika Egorova sebagai orang yang tidak bisa dipercaya: "We can't trust a word that comes out of her mouth (Kita tidak bisa mempercayai satu kata pun yang keluar dari mulutnya)".

Namun, seperti realitas kehidupan lainnya, betapapun canggihnya sebuah agenda, selalu ada variabel yang tak terjamah. "There's something else we're not seeing", kata Nathaniel Nash (diperankan Joel Edgerton).

Dan di akhir film, Dominika Egorova mempraktekkan semua materi pelajaran intelijen yang diterima di sekolah Sparrow (seduce and manipulate, menggoda dan memanipulasi), dengan cara yang tragis: mengorbankan pamannya sendiri, Ivan Egorov (Matthias Schoenaerts), seorang perwira perekrut KGB, yang juga tanpa belas kasih merekrut ponakannya sendiri, Dominika Egorova, untuk menjadi agen Sparrow. Kesimpulan yang klasik sebenarnya: senjata makan tuannya sendiri.

Syarifuddin Abdullah | 11 Maret 2018 / 24 Jumadil-tsani 1439H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun