"You must learn to push yourself beyond all limitation (kalian harus menyiapkan diri agar kelak mampu menanggung segala hal, yang melebihi kemampuan kalian menanggungnya).
Take off your clothes. When we are finished with you the person you were will no longer exist (tanggalkan semua pakaianmu - termasuk kepribadianmu, juga moral dan segala prinsip kehidupannmu. Begitu Anda dianyatakan lulus dari pendidikan ini, Anda menjadi manusia baru, yang berbeda total dengan Anda sebelumnya).
Dengan doktrin pendidikan seperti itu, para jebolan sekolah Sparrow adalah manusia-manusia yang tanpa rasa dan tanpa jiwa. Meskipun lulusan terbaik, namun kalau masih punya rasa dan jiwa, akan menjadi persoalan: You are better at this than any of us. Your only problem is you have a soul (kamu yang terbaik dibanding semuanya. Persoalanmu adalah karena masih punya jiwa dan rasa).
Tentang sosok lulusan Sekolah Sparrow, digambarkan dengan baik oleh Marty Gable (Bill Camp), seorang perwira CIA, saat mengomentari sosok Dominika Egorova sebagai orang yang tidak bisa dipercaya: "We can't trust a word that comes out of her mouth (Kita tidak bisa mempercayai satu kata pun yang keluar dari mulutnya)".
Namun, seperti realitas kehidupan lainnya, betapapun canggihnya sebuah agenda, selalu ada variabel yang tak terjamah. "There's something else we're not seeing", kata Nathaniel Nash (diperankan Joel Edgerton).
Dan di akhir film, Dominika Egorova mempraktekkan semua materi pelajaran intelijen yang diterima di sekolah Sparrow (seduce and manipulate, menggoda dan memanipulasi), dengan cara yang tragis: mengorbankan pamannya sendiri, Ivan Egorov (Matthias Schoenaerts), seorang perwira perekrut KGB, yang juga tanpa belas kasih merekrut ponakannya sendiri, Dominika Egorova, untuk menjadi agen Sparrow. Kesimpulan yang klasik sebenarnya: senjata makan tuannya sendiri.
Syarifuddin Abdullah | 11 Maret 2018 / 24 Jumadil-tsani 1439H