TKP: Gereja Marmina, Helwan, di sebelah selatan kota Kairo, Mesir. Posisi Helwan terhadap Kairo, seperti Depok terhadap Jakarta.
Waktu: Jumat, 29 Desember 2017, sekitar pukul 10.30 waktu Kairo (15.30 WIB) dan berlangsung sekitar 15 menit. Serangan terjadi saat jemaat gereja baru saja selesai misa Jumat.
Pelaku: menurut Kemendagri Mesir, pelaku satu orang bernama Ibrahim Ismail Mustafa, 33 tahun (kelahiran 04 Juli 1984), berdomisili di kawasan Helwan, bekerja sebagai buruh di pabrik Alumetal. Menurut aparat kemanan Mesir, pelaku sudah pernah terlibat dalam berbagai serangan teror dengan model lone-wolf. Pada 2016 memimpin sebuah sel yang menyerang pos Polisi yang menewaskan 8 polisi.
Namun beberapa sumber lokal menyebutkan, beberapa jam setelah serangan, melaporkan pelaku berjumlah dua orang. Satu tewas dan satunya lagi sempat kabur lalu tertangkap. Sekitar 6 jam setelah kejadian, melalui aplikasi Telegram, ISIS menyatakan bertanggungjawab atas penembakan di Gereja tersebut.
Modus: Sebelum tiba di gereja Mar Mina, pelaku menembak dua orang penjaga toko peralatan rumatanga yang berjarak sekitar 4 km dari gereja Mar Mina. Ketika tiba di gereja, pelaku langsung menembak, dan Aparat kemanan yang menjaga gereja membalas tembakan. Sempat terjadi aksi baku tembak, yang mengakibatkan seorang Apkam tewas (Ridha Abdul Rahman, 45 tahun), yang tewas ketika sedang menutup daun pintu gerbang utama, untuk mencegah pelaku memasuki halaman dalam gereja.
Korban: 10 orang tewas (termasuk salah satu Apkam dan satu orang dari dua pelaku) dan 5 orang cedera, dua di antaranya dalam kondisi kritis. Sejumlah berita yang belum terkonfirmasi menyebutkan, jumlah korban 12 orang.
Barang bukti: dari pelaku ditemukan senjata laras panjang otomatis, 5 magazine, satu bom (belum meledak).
Catatan :
Pertama, patut diduga bahwa serangan itu direncanakan sebagai serangan bom bunuh diri, karena di TKP ditemukan bom yang tampak melilit di rompi pelaku.
Kedua, kesimpangsiuran tentang jumlah pelaku (1 orang menurut Kemendagri Mesir atau 2 orang menurut media-media lokal) agak membingungkan publik. Seorang saksi mata, yang rumahnya terletak di dekat gereja, dan melihat langsung bahkan merekam peristiwa itu melalui kamere handphone-nya memastikan, pelakunya dua orang, mengendarai motor.
Ketiga, jumlah korban juga belum final. Sebagian media menyebut 10 orang tewas (termasuk salah satu Apkam dan satu orang dari dua pelaku) dan 5 orang cedera, dua di antaranya dalam kondisi kritis. Berbagai sumber menyebutkan 12 orang. Namun jumlah 10 korban tewas, termasuk korban pelaku, sesuai dengan daftar nama korban (tewas dan cedera), bertulisan tangan, yang pertama kali di-upload oleh shorouknews.com.
Keempat, salah satu sumber di gereja Mar Mina mengatakan, dari 10 korban tewas, 7 di antaranya adalah umat Kristen Coptik. Tentu kita berharap agar berbagai kesimpangsiuran terkait jumlah pelaku dan jumlah korban serangan terhadap gereja Mar Mina, segera clear dalam satu dua hari ke depan.
Kelima, selama tahun 2017, Mesir mengalami berbagai aksi teror: skala kecil, sedang atau besar. Jika dibandingkan dengan seluruh negara di kawasan Timur Tengah (tentu selain Irak, Suriah, Yaman, dan Somalia, yang memang sedang dilanda perang saudra), Mesir termasuk negara yang paling banyak mengalami aksi teror selama 2017.
Dan fakta ini sungguh mencemaskan. Sebab rangkaian aksi teror-kekerasan itu menunjukkan energi teror masih cukup tinggi, meskipun selama lebih dari empat tahun terakhir (sejak Abdul Fattah Al-Sisi berkuasa pada 3 Juli 2013), aparat keamanan Mesir telah melakukan berbagai prosedur untuk menghentikannya. Dan semakin mencemaskan karena belum tampak sinyal positif yang menunjukkan kondisi spiral aksi teror-kekerasan itu akan menurun signifikan di tahun 2018. Apalagi Mesir akan menggelar Pemilihan Presiden di tahun 2018.
Syarifuddin Abdullah  | 30 Desember 2017 / 12 Rabiul-tsani 1439H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H