Berbagai analisis mengatakan, tindakan militer itu dilakukan karena Mugabe diduga akan memaksakan kehendaknya untuk mencalonkan istrinya, Grace, maju sebagai Capres pada kongres partai Partai ZANU-PF pada Desember 2017.
Kedua, pernyataan militer bahwa tindakan pengambilalihan kekuasaan bukan kudeta, dan kesempatan yang diberikan kepada Mugabe untuk menyampaikan pidato di televeisi, tampaknya mengikuti model suksesi Indonesia 1998.
Ketiga, Militer Zimbabwe kayaknya berupaya mendorong agar Mugabe mengundurkan diri, bukan dipaksa lengser dalam pengertian tradisional kata "kudeta".
Keempat, Wakil Presiden Mnangagwa tampaknya menjadi tokoh utama yang berada di balik pengambil alihan kekuasaan di Zimbabwe.
Kelima, pernyataan Mugabe bahwa dirinya tidak akan mundur (not to step down), dan pernyataan salah satu menterinya bahwa "Mugabe is willing to die for his principles (siap mati demi prinsip)" menunjukkan ada upaya Mugabe untuk mempertahankan kekuasaan. Namun kalau mengacu pada perkembagan di lapangan, Mugabe sesungguhnya sudah kehilangan kekuasaan.
Keenam, seperti kasus Reformasi di Indonesia 1998, para pejabat tinggi Zimbabwe tampak sudah berkemas, salah satunya, Menteri Pertambangan Obert Mpofu, yang pernah menggambarkan dirinya sebagai "anak Mugabe yang paling taat", justru menjadi tokoh yang mengumumkan bahwa Mugabe telah dicopot sebagai ketua Partai ZANU-PF. Dan pencopotan Mugabe sebagai Ketua Parai ZANU-PF sekaligus menutup pintu bagi istrinya, Grace, untuk maju sebagai Capres pada Pemilu Presiden Zimbabwe pada 2018.
Ketujuh, kekhawatiran masyarakat internasional adalah kemungkinan terjadinya perang saudara antara kelompok anti Mugabe vs para loyalisnya. Khususnya karena Mugabe memiliki catatan buruk terkait pembantaian etnis pada awal 1980-an, yang diyakini menewaskan sekitar 20.000 orang.
Namun sejauh ini, semua tayangan langsung dari Harare menunjukkan, situasi masih aman. Militer terlihat masih mengendalikan dan mengontrol keadaan. Hal ini terlihat dari gambar para pemrotes yang turun ke jalan-jalan kota Harare tampak santai, menari dan bernyanyi: menuntut Mugabe lengser keprabon. Dan itulah harapan kita, apapun akhir dari krisis Zimbabwe.
Syraifuddin Abdullah | 21 November 2017 / 03 Rabiul-awal 1439H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H