Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Pidato Pribumi" Ingin Mendeteksi Siapa Kawan dan Siapa Lawan

18 Oktober 2017   08:34 Diperbarui: 18 Oktober 2017   09:36 1899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pidato pelantikan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI pada 16 Oktober 2017 di Balaikota Jakarta, memenuhi semua syarat untuk disebut sebagai "pidato pribumi".

Dengan mengutip peribahasa dari berbagai daerah, yang mengirim makna dan pesan yang sama, menunjukkan bahwa pidato Anies Baswedan yang terdiri dari 1.420 kata (9.028 karakter) itu disusun dengan cermat dan penuh pertimbangan, dan juga pasti punya tujuan yang tersirat.

Sebab sulit membayangkan Anies Baswedan dan tim ghost writer pidatonya tidak mengetahui Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Penghentian Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi Dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Program, Ataupun Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan.

Bahwa kemudian kata pribumi itu tetap muncul dalam pidatonya, meski ada Inppres Nomor 26 Tahun 1998, maka bisa diasumsikan bahwa kata itu sangat sengaja dimunculkan untuk sebuah tujuan. Apalagi, meskipun hanya disebutkan satu kali saja, tapi konstruksi dua kalimat penggalannya sangat tajam, dan mengirim pesan yang sangat terang benderang.

Yang terlintas di benak saya, Anies Baswedan tampaknya ingin lagi mengkonfirmasi ulang siapa kawan dan siapa lawan. Jika itu tujuannya, maka kontroversi yang menjadi trending topic di Medsos itu telah sukses menunaikan misinya.

Saya kurang tertarik membahas, apalagi mengambil posisi pro atau kontra tentang wacana pribumi dan non-pribumi. Saya coba membedahnya saja sebagai sebuah trik (bisa juga disebut siasat) untuk mendeteksi siapa lawan, siapa kawan, siapa yang tanggung sikapnya, siapa yang tak peduli. Siapa yang merasa nyaman dan siapa yang merasa terancam.

"Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri", ujar Anies Baswedan.

Seandainya Anis berhenti pada penggalan kalimat pertama "Dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan", mungkin tidak akan jadi persoalan. Namun kalimat lanjutannya yang saya pikir memicu banyak tafsir: "Kini telah merdeka, saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri". Sebab meski tidak disebutkan dalam piadatonya, namun jelas bahwa non-pribumilah yang menjadi bagian atau tujuan utama dari penggalan kalimat itu.

Maka segera setelah kontroversi pidato pribumi itu menjadi trending topic, langsung ketahuan media-media mana yang pro non-pribumi. Pejabat tinggi negara mana yang membela bisnis non-pribumi. Politisi siapa yang bertahan pada sikapnya. Siapa Jajaran pendukung Ahok. Aktivis siapa yang mendukung non-pribumi. Akun-akun Medsos yang provokatif semakin tertelanjangi.

Jika konstruksi artikel ini benar adanya, yakni pidato itu disusun sebagai trik untuk test the water, maka Anies Baswedan dan timnya bolehlah bilang: "Ooh kamu ketahuan ...".

Namun, selalu ada dua hal yang perlu dicermati dalam setiap trik rekayasa test the water: pertama, seringnya, sasaran tembak utama dalam trik test the water tidak akan pernah muncul ke permukaan. Mereka terlalu pintar dan mungkin juga sudah terlalu nyaman untuk menampakkan diri secara terbuka di ruang publik. Kedua, trik test the water, jika tak tak dikelola dengan apik, bisa menggerus dan menghanyutkan perekayasanya. Sebab bisa dipastikan, mereka yang menjadi sasaran tembak akan diam-diam menyusun taktik dan strategi balasan untuk menendang balik. The party is not over yet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun