Jihad Khazen adalah seorang penulis, lebih tepatnya kolumnis, asal Lebanon, bermukim di London dan bekerja sebagai wartawan dan redaktur senior di harian berbahasa Arab, Al-Hayat, yang berkantor pusat di London Inggris, dan korannya diedarkan di semua negara Arab. Sebelum aktif di Al-Hayat, Khazen pernah menjadi Chief-Editor kantor berita Reuters di Lebanon.
Saya mengikuti dan membaca artikel-artikelnya pada kolom tetapnya "Uyun wa Azan (Eyes and Ears)" di harian Al-Hayat sejak awal tahun 1990-an.
Yang membuat saya kagum kepadanya, karena sejak mulai membacanya, Jihad Khazen menulis kolom di Al-Hayat setiap hari tanpa jeda. Benar-benar tidak pernah satu kalipun absen menulis artikel di kolom tetapnya selama sekitar 28 tahun (sejak pertama membacanya sampai hari ini). Catatan: sepanjang penelusuran saya, belum pernah ada penulis kolom di Indonesia, yang menulis artikel setiap hari tanpa jeda selama sekitar 28 tahun.
Sebagai kolumnis yang menulis setiap hari tanpa jeda, tulisan-tulisan Jihad Khazen memang tidak bisa fokus pada satu atau beberapa tema saja. Namun secara umum, sebagian besar tema tulisannya tentang politik Timur Tengah.
Sesekali Jihad Khazen mengulas tentang syair-syair klasik dan syair modern Arab, yang berkaitan dengan politik atau asmara. Atau menulis resensi buku. Atau sesekali juga tentang anekdot yang biasanya dikaitkan dengan kondisi politik dan sosial Timur Tengah.
Jihad Khazen adalah kolomnis Arab, yang relatif konsisten sampai hari ini, menulis tentang Israel dengan kalimat-kalimat tajam. Setiap kali menulis tentang Israel dan pejabat-pejabat Israel, dia sering menulis kalimat begini: PM Netanyahu adalah seorang kriminal, negara Israel adalah negara khayalan yang dibangun dengan argumen historis yang semuanya ilusi. Sebab tidak ada satu pun legasi ataupun peninggalan antik Yahudi yang menunjukkan Israel berhak menduduki Palestina. Karena itu, Jihad Al-Khazen sering dicap sebagai penulis anti Semit.
Sebagai salah satu wartawan senior, dan pernah menjadi Pemimpin Redaksi Al-Hayat, Jihad Khazen telah bertemu dan mewawancarai langsung hampir semua pemimpin negara-negara Arab, terutama dengan para Raja, Amir atau Sultan di negara-negara Teluk.
Mungkin karena itulah, Jihad Khazen sering dikecam sebagai intelektual yang dekat dan sangat pro penguasa. Tapi dengan begitu, artikel-artikelnya sering berisi informasi langka tentang bilik-bilik atau lorong-lorong istana kerajaan di Teluk.
Ketika Jenderal Fattah Al-Sisi mengambil alih kekuasaan di Mesir dari rezim Mohammad Morsi, Jihad Al-Khazen total mendukung rezim militet Al-Sisi. Karena itu, di kalangan Islamis Arab, Jihad Al-Khazen adalah intelektual yang anti terhadap rezim kekuasaan yang berbasis agama.
Jihad Khazen, mungkin satu-satunya wartawan Arab, yang tidak pernah absen menghadiri Sidang Umum PBB di New York, sejak tahun 1970-an. Karena itu, saya sering merujuk laporan-laporannya atau kolom opininya jika sesekali saya ingin menulis tentang dinamika SU PBB.
Ketika menulis tentang Iran, dan itu sering, dia acap menulis kalimat ini: Jika Iran berhadapan dengan Dunia Arab, maka tanpa ragu sedikit pun, saya akan berpihak kepada negara-negara Arab. Namun ketika Iran berhadapan dengan Israel, juga tanpa ragu sedikit pun, saya akan berpihak kepada Iran.