Saya mendarat di Bandara Internasional Erbil, di wilayah Kurdistan Regional Government (KRG) pada 24 Juli 2017, dengan pesawat Al-Maha, datang dari Doha, Qatar. Dan situasi di bandara sangat normal. Tidak tampak ada ketegangan pada jajaran pegawai Imigrasi. Penumpang yang datang dan berangkat terlihat sangat normal. Meski bandaranya memang tidak ramai.
Di jalan-jalan yang dilewati, dalam perjalanan dari Bandara ke hotel, yang ditempuh sekitar 30 menit, juga tampak sangat normal. Tidak ada barikade berupa beton, yang dipasang di jalan-jalan, yang memaksa kendaraan bergerak zig-zag seperti di Baghdad.
Bagi saya kehidupan normal di Erbil cukup mengagetkan. Karena jarak Erbil ke Mosul hanya sekitar 85 km, yang dalam keadaan lancar dapat ditempuh sekitar 45 menit.
Saya sempat membatin, mungkin suasana normal di Erbil ini, karena Mosul sudah berhasil diambil alih oleh pasukan reguler Irak, dengan bantuan koalisi pimpinan Amerika, pada Juli 2017. Ketika asumsi ini saya sampaikan kepada seorang warga Erbil, dia menjawab tegas begini: "Bahkan ketika ISIS masih mengontrol penuh kota Mosul, sejak 10 Juni 2014 sampai akhir 2015, kehidupan warga di Erbil nyaris tak berpengaruh. Semua berjalan layaknya bussiness as usual.
Tapi saya masih penasaran. Pada malam pertama di Erbil, saya jalan-jalan malam di kota Erbil. Sungguh begitu normal. Tidak tampak adanya kekhawatiran warga dalam berkegiatan. Saya mampir di sebuah kawasan compound bernama Dream City, tempat nongkrong muda-mudi warga Erbil kelas atas. Suasananya sungguh tak mengesankan bahwa Erbil ibaratnya hanya berjarak sepelemparan batu dari Mosul (dengan asumsi jika "batu" yang dilempar berupa rudal Hawn).
Saya membatin lagi, suasana normal di Dream City mungkin karena kategorinya adalah kawasan elit.
Tapi malam berikutnya, saya sengaja makan malam di kawasan bernama Iskan, yang di sepanjang jalan utamanya, berjejer banyak warung makan yang menyajikan menu tradisional Kurdi. Suasananya malah lebih normal lagi. Tak ada kesan sama sekali bahwa Erbil adalah kota terbesar yang letaknya terdekat dengan Mosul.
Terkait suasana normal di Erbil, terdapat beberapa catatan menarik, sebagai berikut:
Pertama, bahwa pihak KRG sangat kuat dengan pasukan Peshmerga-nyq dalam mengontrol wilayah kekuasaannya.
Kedua, bahwa ISIS memang sejak awal tidak menjadikan Erbil sebagai sasaran.
Ketiga, yang tak kalah pentingnya adalah faktor soliditas warga Erbil.
Keempat, setelah berinteraksi dengan banyak warga Erbil selama tiga hari, kesan saya bahwa warga Kurdi adalah tipe masyarakat yang tidak mempan digertak bahkan oleh kombatan sekelas kombatan ISIS sekalipun.
Syarifuddin Abdullah | Erbil, 26 Juli 2017 / 02 Dzul-qa'dah 1438H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H