Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puncak Kesehatian

3 Juli 2017   21:21 Diperbarui: 3 Juli 2017   21:46 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aroma dua tubuh itu tak lagi saling membedakan. Keduanya sudah saling menisbahkan diri. Masing-masing telah melepas ciri khasnya, lalu mencipta aroma kesehatian.

Seperti dua kata ganti (dhamir) yang merujuk kepada satu subyek. Dia-aku sudah menjadi dia. Aku-dia telah menjelma menjadi aku.

Puncak kesehatian yang menihilkan diri sendiri. Dua ritme napas terhembuskan melalui satu tarikan-hembusan napas. Jarak fisik tak lagi dihitung, tak pula berpengaruh.

Sayang seribu sayang, kesehatian itu terjadi di momen yang tidak tepat. Keduanya masing-masing terbelenggu oleh tali melilit kencang, nyaris mustahil dilepas apalagi melepaskannya.

Solusinya hanya satu, tak ada duanya: menikmati kekinian, sambil was-was akan masa selanjutnya. Berusaha menikmati momentum di tengah keterbelemgguan: berat dan melelahkan, namun tetap mengasyikkan.

Syarifuddin Abdullah | 03 Juli 2017 / 09 Syawwal 1438H.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun