Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kisah Umar bin Khattab Mewariskan Kekuasaan

23 April 2017   13:52 Diperbarui: 24 April 2017   05:00 11108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Umar bin Khattab ditikam oleh Abu Lu’lu’ah (putra Al-Mugirah bin Syu’bah) dengan pisau beracun, pada tahun 13 Hijriyah, beberapa sahabat utama dan Umar bin Khattab sendiri sudah menyadari bahwa usia Umar tidak akan panjang lagi. Ketika itu, beberapa sahabat segera mengusulkan, “Wahai Umar, kenapa Anda tidak segera menunjuk seorang khalifah pengganti?

Coba perhatikan, para sahabat sendiri mengarahkan Umar bin Khattab untuk segera “menunjuk” khalifah penggantinya. Dan sebelum lanjut, perlu ditegaskan bahwa semua ulasan dalam artikel ini disadur dari buku “Al-Kamil fit-Tarikh (الكَامِلُ فِي التَّارِيْخِ)” (edisi digital berbahasa Arab), karya Ibnu Al-Atsir.

Tapi Umar bin Khattab tidak langsung merespon desakan para sahabat itu. Umar malah mengatakan, “Seandainya Abu ‘Ubaidah masih hidup, saya tentu akan mengangkatnya sebagai khalifah pengganti saya. Dan jika Allah bertanya kepadaku kenapa memilih Abu ‘Ubaidah, maka saya akan menjawab, ‘Saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda bahwa Abu ‘Ubaidah adalah kepercayaan ummat (Islam) ini’”.

Umar bin Khattab juga berkata, “Seandainya Salim, hamba sahaya Abu Hudzaifah, masih hidup, maka saya akan menunjuknya sebagai khalifah pengganti saya. Dan jika nanti saya ditanya oleh Allah kenapa memilih Salim? Maka saya akan menjawab, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda bahwa Salim sangat mencintai Allah swt’.”

Di tengah percakapan itu, seorang sahabat Nabi berkomentar, “Wahai Umar, saya mengusulkan Abdullah bin Umar (putra Anda, sebagai khalifah pengganti)”. Catatan: Abdullah bin Umar adalah putra Umar bin Khattab.

Mendengar usulan itu, dengan tegas Umar menjawab, “Semoga Allah membunuhmu. Demi Allah, bukan itu tujuan saya. Celaka kamu. Bagaimana saya akan menunjuk seseorang yang tidak mampu mentalak istrinya. Keluarga saya tidak punya urusan dengan persoalan kekhalifahan. Dan sungguh tidak mungkin aku memilih seorang dari keluarga saya.” Di sini Umar menunjukkan dirinya sebagai anti nepotisme.

Setelah itu, para sahabat bubar dari rumah Umar bin Khattab, dan semuanya berkata, tapi sepakat menitip pesan: “Wahai Umar, Amirulmukminin, mungkin sebaiknya Anda segera menunjuk seorang pengganti dan penerus kekuasaan”.

Selang beberapa hari kemudian, Umar bin Khattab berkata, “Sebenarnya, saya sudah hampir memutuskan untuk menunjuk langsung seorang khalifah yang paling pantas memimpin kalian,” lalu Umar menunjuk ke arah Ali bin Abu Thalib, “Tapi setelah itu, saya tiba-tiba tertidur sejenak, lalu bermimpi melihat seorang lelaki masuk surga, yang langsung memetik semua buah yang matang, dan mengumpulkannya untuk dirinya sendiri. Ketika itulah, saya mengetahui bahwa Allah telah menguasai jiwa lelaki itu, dan Allah akan segera memanggil Umar ke hadirat-Nya. Sungguh, saya tidak mau memikul tanggung jawab kekhalifaan ini, di masa hidup dan sesudah kematian saya”.

Penunujukkan “Kelompok Enam”

Sejarah Islam kemudian mencatat bahwa untuk menunjuk seorang khalifah penggantinya, Umar bin Khattab merumuskan sebuah mekanisme pemilihan Khalifah pengganti, dengan cara membentuk kelompok enam sahabat utama Nabi

Umar bin Khattab melanjutkan, “Saya sudah menunjuk enam orang sahabat Nabi yang akan bertugas memilih siapa di antara enam orang itu yang akan menjadi khalifah untuk kalian. Mereka semuanya sudah dijamin masuk surga oleh Rasulullah saw, yaitu: (1) Ali bin Abu Thalib, (2) Usman bin Affan, (3) Abdurrahman bin Auf, (4) Saad, (5) Zubair bin al-‘Awam, (6) Thalhah bin Ubaidullah. Bila salah seorang di antar enam sahabat itu sudah dipilih (terpilih), maka kalian harus mendukungnya dengan sebaik mungkin”. (Selanjutnya, keenam sahabat disebut “Kelompok-6”).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun