Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Resensi Film “Sicario”: Operasi Kotor CIA di Meksiko

5 April 2017   23:11 Diperbarui: 6 April 2017   07:00 6180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di menit-menit pertama, penonton disuguhi tayangan ketika fokus kamera mengarah ke alas kaki berupa sandal jepit, yang dikenakan Matt Graver dalam sebuah rapat persiapan Satgas Gabungan, yang kemudian memutuskan melibatkan Kate Macer dalam operasi.

Lalu, iring-iringan mobil berwarna hitam, melaju cepat menyeberang perbatasan dari Amerika ke Mexico, tanpa melalui pemeriksaan imigrasi, konvoi kemudian menuju kota Juarez dengan pengawalan ketat oleh kendaraan Rantis Policia Mexico. Setelah konvoi tiba di tujuan, penonton baru mengetahui konvoi itu menjemput seorang tahanan bernama Guillermo, untuk “diekstradi” ke Amerika. Aksi ini mengirim pesan: sebuah operasi intelijen yang genuine memang akhirnya harus dilakukan secara powerful, melibatkan para penguasa lokal secara terbatas, bergerak cepat, dan menghitung semua tahapan: step by step.

Setelah “diekstradisi” dan berada di wilayah Amerika, dan melalui proses interogasi brutal (ditayangkan dengan layar hitam), Satgas gabungan DOD-CIA akhirnya mendapatkan informasi dari Guillermo bahwa kartel narkoba Meksiko, yang dipimpin Alarcón mengoperasikan sebuah terowongan lintas perbatasan untuk menyelundupkan narkoba ke Amerika.

Tiga aktor/aktris utama film bermain cantik: (1) agen lapangan wanita CIA, Kate Macer, yang diperankan kurang maksimal oleh Emily Blunt; (2) pembunuh bayaran berdarah dingin tanpa mercy bernama Alejandro Gillick, yang dimainkan dengan penjiwaan maksimal oleh Benicio del Toro; dan Matt Graver, seorang perwira CIA yang bertindak sebagai komandan Satgas gabungan, yang dimainkan oleh Josh Brolin.


Kartel narkoba, operasi rahasia, pembunuh bayaran, aparat yang korup, dan selalu ada aparat yang taat hukum. Tapi realitas kehidupan mafia tentu ada aturannya sendiri.

Sebab tidak mudah membunuh seorang bos mafia kartel. Untuk bisa mengakses bos tertinggi dalam sebuah kartel narkoba, operasi dijalankan dengan memancing melalui beberapa jenjang akses, yang harus dikorbankan, untuk menutup kemungkinan bocornya operasi.

Untuk mencapai Alarcon, sang bos yang menjadi target opersi, Alejandro harus melewati setidaknya empat jenjang akses: pertama, menginterogasi Guillermo secara brutal, untuk mendapatkan informasi tentang Diaz (orang terdekat Alarcon) dan terowongan jalur penyelundupan narkoba. Tapi untuk sampai ke Diaz, Alejandro harus melewati dan membunuh seorang polisi Mexico bernama Silvio, yang korup dan bekerja sebagai kurir narkoba dan uang hasil penjualan narkoba; setelah mengendalikan Diaz, akhirnya Alejandro mengetahui tempat domisili Alarcon.

Dari Guillermo, lalu Silvio, kemudian Diaz, akhirnya Alejando dapat membunuh Alarcon. Semua proses ini dilakukan melalui dirty operation. Kehadiran agen lapangan wanita CIA, Kate Macer, yang dikesankan taat hukum dan prosedur lebih sebagai trik untuk menciptakan ketegangan internal di Satgas Gabungan.

Tapi bagi Alejandro, operasi intelijen yang taat aturan dan prosedur hanya mungkin dijalankan di kota kecil yang taat hukum. Alejando kepada Kate Macer berkata, “kau pergi saja ke kota kecil, di mana hukum masih dijalankan”. Pesannya, di kota-kota besar metropolitan, jangan berharap hukum bisa dijalankan maksimal. “Penegakan hukum” kadang harus  diterapkan dengan menggunakan modus kartel juga.

Komandan Satgas Matt Graver, yang dari CIA, memanfaatkan Alejandro untuk membunuh Alarcon, karena Alarcon pernah memerintahkan anak buahnya untuk membunuh putri Alejandro. Namun konflik antara Alarcon-Alejandro tidak divisualkan dalam film. Artinya, selain sebagai pembunuh bayaran yang siap membunuh tanpa belas kasih semata untuk bayaran, ambisi Alejandro untuk membunuh Alarcon juga karena faktor dendam pribadi terhadap Alarcon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun