Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Zakir Naik, Fenomena Apa Lagi itu?

3 April 2017   12:07 Diperbarui: 4 April 2017   18:20 2430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: https://news.detik.com. Zakir di Sportorium Universitas Muhammadiyah (UMY), Yogyakarta, 03 April 2017.

Memang sebagian pelaku teror mengaku melakukan aksi terornya karena terinspirasi oleh ceramah Zakir Naik. Najibullah Zazi, warga Amerika asalAfghanistan, aktivis Al-Qaeda, yang dinyatakan bersalah dalam rencana aksi teror di New York City Subway di Amerika dan di Inggris, pada 2009, dikenal sebagai pemuja (admirer) ceramah-ceramah Zaki Naik. Tapi Zakir Naik menjawabnya enteng. "I have always condemned terrorism, because according to the glorious Koran, if you kill one innocent person, then you have killed the whole of humanity (saya selalu mengecam terorisme, sebab menurut Quran, jika Anda membunuh satu orang tidak bersalah, itu sama dengan membunuh semua manusia."

Pada 2016, Zakir Naik mengakui bahwa Rahil Sheikh, salah satu pelaku teror bom Kereta Mumbai 2006 adalah sukarelawan lembaga Islamic Research Foundation (IRF) yang dipimpin Zakir Naik. Meski Zakir Naik tidak mengenalnya secara personal, dan Rahil Sheikh sudah dipecat sebagai sukarelawan IRF. Kelompok Jamaat-ud-Dawa (JuD) juga mengatakan merujuk pada pidato dan ceramah Zakir Naik.

Ketika National Investigation Agency India menangkap Mohammad Ibrahim Yazdani, pemimpin Islamic State, Hyderabad India, seusai diinterogasi Yazdani mengaku banyak dipengaruhi oleh ceramah Zakir Naik.

Ketujuh, secara umum, tema-tema ceramah Zakir Naik adalah persoalan pemikiran. Persoalannya, Zakir Naik memang tidak pernah menolak menjawab pertanyaan sensitif ketika berada di forum atau di depan para wartawan. Sebagai contoh, usai bertemu dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan (Jakarta, 31 Maret 2017), Zakir Naik berkomentar tentang pemimpin Muslim, yang nota bene berkaitan langsung dengan Pilgub DKI 2017:“...Islam menganjurkan berbuat baik kepada nonmuslim. Tapi untuk perlindungan, apabila ada pilihan orang Islam, untuk perlindungan, untuk kepemimpinan, yang muslim jauh lebih baik daripada nonmuslim” (https://news.detik.com).

Kedelapan, setiap popularitas, apalagi yang kontroversial, selalu ada harganya. Tapi harga sebuah popularitas biasanya justru semakin mendongkrat popularitas. Dan popularitas Zakir Naik makin melangit, ketika Vishva Hindu Parishad, pemimpin Sadhvi Prachi, India mengumumkan hadiah sebesar ₹50 lakh (74.000 USD), pada 13 July 2016, kepada siapapun yang mau memotong leher Zakir Naik. Sehari sebelumnya, sebuah kelompok Syiah yang menyebut dirinya dengna nama "Hussaini Tigers" menyediakan hadiah ₹15 lakh (US$22,000) untuk kepala Zakir Naik.

Kesembilan, Pemerintah India telah lama memonitor kegiatan Zakir Naik, dan pada 2012, menutup stasiun televisi Peace TV, milik Zakir Naik. Selanjutnya pada 2015, Zakir Naik dilarang memberikan ceramah atau diskusi di India. Bahkan provide satelit India menolak menyiarkan Peace TV. Dan pada 2016, Zakir Naik menyatakan dirinya bukan lagi penduduk India (Non-resident Indian = NRI).

Ada selentingan bahwa sikap tegas India terhadap Zakir Naik, sebab ada laporan yang tidak dipublikasikan banyak sekali orang India penganut agama Hindu, yang berpindah agama ke Islam, akibat pengaruh ceramah-ceramah Zakir Naik.

Catatan kesepuluh: sebenarnya berkaitan langsung tentang Ahok dan kemungkinan efek ceramah Zakir Naik terhadap keterpilihan Ahok dalam Pilgub DKI, 19 April 2017. Namun karena pertimbangan space yang terbatas, catatan ke-1 ini akan ditulis khusus dalam artikel terpisah. Bakal dahsyat, kayaknya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.

Syarifuddin Abdullah | Senin, 03 April 2016 / 06 Rajab 1438H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun