Benar bahwa Singapura akan menjadi negara yang paling dirugikan oleh pembangunan Terusan Kra Thailand.Betul juga bahwa Cina bersama Jepang dan Korsel juga akan menjadi negara yang paling diuntungkan. Namun tidak ada argumen geografis dan perdagangan yang dapatdijadikan acuan untuk membuktikan, Indonesia juga akan dirugikan dan/ataudiuntungkan oleh Terusan Kra.
Seperti diketehui, TerusanKra didesain akan dibangun dua lajur, kedalaman 33 meter dan lembar 500 meter,yang dapat dilayari kapal berukuran 500,000 DWT dengan kecepatan 7 knot. Terusan Kra akan meringkas jarak sekitar 1.200 mil laut dibanding berlayarantara Laut China Selatan dan Samudera Hindia yang membentuk garis setengah lingkaran ke selatan, melewati Selat Malaka-Singapura/Batam-Malaysia.
Sebab jalur ekspor-Impor antara Indonesia dan Eropa tidak memerlukan Terusan Kra; Jalur ekspor-imporantara Indonesia dengan negara-negara di Timur Tengah juga tidak memerlukanTerusan Kra; Jalur ekspor-impor antara Indonesia dan Jepang-China, Korsel samasekali tidak terganggu oleh pembangunan Terusan Kra. Jalur perdagangan antaraIndonesia dengan Afrika Timur dan Barat juga tidak memerlukan Terusan Kra. Danterakhir, jalur ekspor-impor antara Indonesia dengan Benua Amerika tidak memerlukan Terusan Kra.
Benar bahwa pembangunan Terusan Kra akan mengurangi pelayaran di Selat Malaka menuju Laut Cina Selatan atau sebaliknya. Tapi selama ini pun, negara yang paling diuntungkan pelayarandi Selat Malaka adalah pelabuhan Singapura. Bukan Indonesia. Karena itu, Singapura yang paling resisten terhadap proyek Terusan Kra.
Malaysia juga akansedikit terganggu. Tapi selama ini pun, pelabuhan-pelabuhan Malaysia juga hanya mampu mengambil alih sedikit saja jatah Singapura.
Batam yang awalnya didesainuntuk menyaingi posisi Singapura, hingga kini tidak mampu mengambil alih posisi Singapura.
Makanya heran juga jika belakangan muncul berbagai analisis yang mengasumsikan bahwa Terusan Kra diThailand akan “mengunci” perekonomian Indonesia. The map is the best way tounderstand politic and economy.
Syarifuddin Abdullah | Kamis, 16 Maret 2017 /18 Jumadil-akhir 1438H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H