Pesawat Kerajaan yang membawa Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud dan rombongan intinya, akhirnya take-off dari tanah Bali pada Ahad, 12 Maret 2017, tepat pukul 11.15 WITA.
Dari Bali, Raja Salman dan rombongan menuju Jepang untuk kunjungan resmi. Setelah itu dalam perjalanan ke Saudi Arabia, Raja Salman akan mampir di Maladewa (sebuah negara yang terletak di Laut Arab, Samudera Hindia). Konon setelah itu, akan lanjut lagi ke Yordania untuk mengikuti KTT Liga Arab, sebelum akhirnya kembali ke Riyadh, Saudi Arabia.
Jika dihitung dari Sabtu sore 4 Maret 2017 sampai Ahad siang, 12 Maret 2017, Raja Salman total menghabiskan waktu liburan di Bali selama 9 (sembilan hari). Wow. Lalu apa yang dilakukan Raja Salman selama di Bali? It seems, nobody knows.
Berdasarkan pantauan terhadap beberapa media utama yang terbit dan beredar di negara-negara Arab, seperti situs media cetak Al-hayat yang berkantor di London dan beredar di seluruh negara Arab, harian Al-Okaz yang terbit di Saudi Arabia, atau Al-Ahram di Mesir serta dua stasiun televisi satelit Aljazeera(Qatar) dan Alarabiya (Saudi), tidak pernah satupun dari media itu yang menurunkan berita yang mengulas kegiatan Raja Salman selama berada di Bali.
Itu menunjukkan kegiatan Raja Salman benar-benar tertutup dari liputan media massa, termasuk oleh rombongan awak media yang mengikuti perjalanan Raja Salman selama di Indonesia.
Dari sini kemudian muncul berbagai spekulasi tentang apa saja yang dilakukan oleh Raja Salman, selain kegiatan liburan normal di Bali: mandi di pantai, berjemur, mencicipi berbagaimenu kuliner, berkunjung ke pelbagai wisata. Tapi saya tidak ingin membahasberbagai spekulasi tersebut.
Namun berdasarkan liputan media lokal Bali dan nasional, selama 9 hari itu, Raja Salman tak pernah keluar dari lingkungan hotel. Hanya beberapa anggota rombongannya yang terlihat berkeliaran di beberapa restoran Arab di Bali atau obyek wisata tertentu. Itupun bukan anggota rombongan inti.
Bahkan pada Hari Jumat di Bali (10 Maret 2017), Raja Salman tampaknya memilih jumatan di Hotel bersama rombongannya, atau melaksanakan shalat zhuhur biasa atau jama’-qashr (yang memang dibolehkan oleh fikhi bagi seorang musafir).
Seluruh rombongan Raja Salman, yang berjumlah sekitar 1.000-an (seribuan) itu menyewa empat hotel di kawasan Nusa Dua Bali, dua hotel di antaranya diblok habis, yakni semua kamarnya disewa (Hotel Laguna dan Hotel St. Regis). Sementara dua lainnya diblok terbatas (Hotel Ritz Carlon dan Hotel Hilton). You can imagine howmuch money they spend in Bali for 9 days.
Penyewaan semua kamar disebuah hotel, meski tidak semuanya diisi, selama 9 hari, tentu membutuhkan ongkos besar, apalagi di kawasan Nusa Dua, yang merupakan daerah wisatawan elit di Bali. Tindakan seperti ini memang bisa dipahami pemborosan, atau biar dibilang kaya. Namun mari berpikir lain dengan memposisikannya sebagai tindakan yang mengacu pada pertimbangan keamanan. Artinya lebih baik rugi puluhan ribu USD, daripada kecolongan keamanan, yang harganya bisa lebih mahal.
Selain itu, semua rombongan Raja Salman menggunakan pesawat carteran, sebagian menggunakan jet pribadi. Again, you can imagine how much money they have to spend in Bali for 9 days.
Saya awalnya menduga, liburan Raja Salman dan rombongan di Bali juga akan melibatkan anggota keluarga masing-masing rombongan (istri, anak, ipar, mertua, cucu-cucu). Tapi ternyata tidak.
Terkait perpanjangan masa liburan yang awalnya hanya sampai 9 Maret 2017 menjadi 12 Maret 2017, selain memang unik, juga mengundang banyak spekulasi. Tapi berdasarkan informasi dari pegawai di empat hotel yang disewa di Bali, reservasi hotel untuk Raja Salman dan rombongannya ternyata sejak awal memang sampai tanggal 13 Maret 2017.
Dan ada kabar burung yang menyebutkan, sekitar sepertiga dari total rombongan (1.000-an orang), adalah pegawai menengah kerajaan, bahkan mungkin bisa dikategorikan sebagai pegawai yang tidak berkaitan dengan substansi kunjungan Raja Salman. Tapi mereka justru berkaitan langsung dengan ritme kehidupan keseharian Raja, misalnya, koki (tukang masak dan personil dapur lainnya, semisal tukang cuci piring, tukang potong sayuran dan sebagainya). Juga tukang bersih-bersih kamar, tukang cuci. Bahkan teknisi elektrik untuk mengantisipasi bila ada bohlam yang mati, atau tukang AC yang ngadat.
Pegawai-pegawai kerajaan dengan pekerjaan-pekerjaan yang terkesan biasa tersebut memang harus dibawa, sebab menurut standar kerajaan, yang boleh berada di lingkaran satu Raja mesti orang yang sudah dikenal. Tidak sembarang orang, pegawai hotel misalnya, bisa memasuki kamar tidur Raja Salman. Karena itu, selama menginap di Bali, seluruh pegawai hotel yang ditempati Raja Salman terpaksa harus “diliburkan”. Sebab semua managemen dan pengelolaan hotel diambil alih oleh pihak kerajaan, termasuk misalnya florist yang mengganti bunga di meja makan Sang Raja.
Intinya, untuk menjaga ritme kehidupan istana, maka semua pegawai dan perangkatnya harus dibawa dan ikut ke mana pun Sang Raja pergi.
Soal tangga eskalator khusus untuk pesawat Raja Salman, itu juga semata karena pertimbangan kesehatan, dimana menurut dokter tulang punggung Raja Salman tidak mampu dan bisa mengalami cedera bila melangkah naik yang harus melawan gravitasi bumi.
Dan jika kunjungan Raja Salman yang terkesan wah dalam berbagai segi itu diutak-atik, ya memang bisa memunculkan berbagai spekulasi: jumlah rombongan sampai seribuan orang, berbagai fasilitas yang didatangkan sendiri dan dibiayai sendiri, periode berlibur yang panjang di Bali dan seterusnya dan sebagainya.
Bahwa wilayah pantai yang menjadi akses Hotel yang diinapi Raja Salman di Bali dijaga secara khusus, memang iya. Tapi saya tidak mendengar bahwa Raja Salman mendatangkan kapal perang untuk menjaga Raja Salman di perairan Bali. Bukan seperti kapal induk Amerika yang selalu bersiaga di sekitar perairan Bali, bila Presiden Amerika berkunjung ke Bali.
Akhirnya, sebagai tuan rumah yang telah berusaha berbuat baik dan menghormati tamu, kita mengucapkan selamat jalan Raja Salman. Jangan kapok-kapok berkunjung ke Indonesia.
Syarifuddin Abdullah | Ahad, 12 Maret 2017 / 14Jumadil-akhir 1438H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H