Saya awalnya menduga, liburan Raja Salman dan rombongan di Bali juga akan melibatkan anggota keluarga masing-masing rombongan (istri, anak, ipar, mertua, cucu-cucu). Tapi ternyata tidak.
Terkait perpanjangan masa liburan yang awalnya hanya sampai 9 Maret 2017 menjadi 12 Maret 2017, selain memang unik, juga mengundang banyak spekulasi. Tapi berdasarkan informasi dari pegawai di empat hotel yang disewa di Bali, reservasi hotel untuk Raja Salman dan rombongannya ternyata sejak awal memang sampai tanggal 13 Maret 2017.
Dan ada kabar burung yang menyebutkan, sekitar sepertiga dari total rombongan (1.000-an orang), adalah pegawai menengah kerajaan, bahkan mungkin bisa dikategorikan sebagai pegawai yang tidak berkaitan dengan substansi kunjungan Raja Salman. Tapi mereka justru berkaitan langsung dengan ritme kehidupan keseharian Raja, misalnya, koki (tukang masak dan personil dapur lainnya, semisal tukang cuci piring, tukang potong sayuran dan sebagainya). Juga tukang bersih-bersih kamar, tukang cuci. Bahkan teknisi elektrik untuk mengantisipasi bila ada bohlam yang mati, atau tukang AC yang ngadat.
Pegawai-pegawai kerajaan dengan pekerjaan-pekerjaan yang terkesan biasa tersebut memang harus dibawa, sebab menurut standar kerajaan, yang boleh berada di lingkaran satu Raja mesti orang yang sudah dikenal. Tidak sembarang orang, pegawai hotel misalnya, bisa memasuki kamar tidur Raja Salman. Karena itu, selama menginap di Bali, seluruh pegawai hotel yang ditempati Raja Salman terpaksa harus “diliburkan”. Sebab semua managemen dan pengelolaan hotel diambil alih oleh pihak kerajaan, termasuk misalnya florist yang mengganti bunga di meja makan Sang Raja.
Intinya, untuk menjaga ritme kehidupan istana, maka semua pegawai dan perangkatnya harus dibawa dan ikut ke mana pun Sang Raja pergi.
Soal tangga eskalator khusus untuk pesawat Raja Salman, itu juga semata karena pertimbangan kesehatan, dimana menurut dokter tulang punggung Raja Salman tidak mampu dan bisa mengalami cedera bila melangkah naik yang harus melawan gravitasi bumi.
Dan jika kunjungan Raja Salman yang terkesan wah dalam berbagai segi itu diutak-atik, ya memang bisa memunculkan berbagai spekulasi: jumlah rombongan sampai seribuan orang, berbagai fasilitas yang didatangkan sendiri dan dibiayai sendiri, periode berlibur yang panjang di Bali dan seterusnya dan sebagainya.
Bahwa wilayah pantai yang menjadi akses Hotel yang diinapi Raja Salman di Bali dijaga secara khusus, memang iya. Tapi saya tidak mendengar bahwa Raja Salman mendatangkan kapal perang untuk menjaga Raja Salman di perairan Bali. Bukan seperti kapal induk Amerika yang selalu bersiaga di sekitar perairan Bali, bila Presiden Amerika berkunjung ke Bali.
Akhirnya, sebagai tuan rumah yang telah berusaha berbuat baik dan menghormati tamu, kita mengucapkan selamat jalan Raja Salman. Jangan kapok-kapok berkunjung ke Indonesia.
Syarifuddin Abdullah | Ahad, 12 Maret 2017 / 14Jumadil-akhir 1438H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H