Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yang Unik dan Baru dalam Teror Kelab Malam di Istanbul

5 Januari 2017   15:42 Diperbarui: 5 Januari 2017   21:02 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat hari setelah penyerangan night club Reina di Istanbul, 01 Januari 2017, yang menewaskan 39 orang, terungkap beberapa informasi yang unik dan sebagian bahkan baru terkait kasus teror di wilayah Turki selama ini.

Pertama, berdasarkan keterangan seorang saksi yang hadir di TKP, Hasan Khashaqgi, warga Saudi Arabia, yang keterangannya dimuat oleh stasiun Alarabiya: “saya tiba di Reina sekitar 11.20, melepas mantel, diantar oleh pelayan ke meja yang sudah dipesan. Beberapa menit kemudian, jam 00.00 diumumkan tanda Tahun Baru. Semua yang hadir bergembira. Tidak lama setelah itu, saya mendengar keributan. Awalnya saya pikir pertengkaran memperebutkan meja. Ketika saya beranjak dari kursi untuk mencari tahu dan memastikan keributan yang terjadi, tiba-tiba saya mendengar suara tembakan.

Detik-detik awal penembakan, pelaku tampak sangat tenang. Naik dan berdiri di meja, lalu menembak, umumnya korban tertembak di bagian tubuh yang mematikan: dada atau kepala. Jadi tidak benar bahwa pelaku menembak secara membabi buta. Bahkan terkesan, pelaku memang mencari sasaran korban yang berasal dari negara-negara Arab. Ritme penembakan juga relatif konsisten, tembakan terdengar, lalu berhenti sekitar 10 detik, kemudian tembakan berikutnya lagi. Dan begitu seterusnya.

Kedua, pada Senin, 02 Januari 2016, sehari setelah kejadian, ISIS mengumumkan bertangggung atas serangan Istanbul. Pernyataan berbahasa Arab itu antara lain menyebutkan, “Seorang kombatan kami telah menyerang sebuah night club di Istanbul dengan menggunakan senjata laras panjang otomatis dan granat sebagai pelaksanaan perintah Amir ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi untuk menyerang kepentingan Turki, dan kami akan terus meningkatkan serangan terhadap Turki”.

Substansi klaim ISIS sebenarnya tidak baru. Hanya unik karena biasanya ISIS mengklaim sebuah aksi beberapa jam setelah kejadian. Dalam kasus Bom Thamrin Jakarta 14 Januari 2016 misalnya, klaim ISIS muncul sekitar pukul 17.00 WIB, hanya beberapa jam setelah TKP dinyatakan aman.

Selain itu, menurut catatan, klaim ISIS terhadap penembakan di Reina adalah klaim pertama ISIS terhadap aksi-aksi teror di dalam wilayah Turki. Sebelumnya, ISIS tidak pernah mengklaim aksi teror di wilayah Turki, meskipun dalam setiap aksi teror, ISIS acap dituding sebagai dalangnya.

Ketiga, sampai Kamis pagi 5 Januari 2017 WIB, Apkam Turki telah menahan total sekitar 40 orang, yang diduga terkait langsung ataupun tidak langsung dengan pelaku. Awalnya menahan 16 orang di Istanbul dan sekitarnya (3 Januari 2016). Disusul penangkapan pada 04 Januari 2016 di Kota Izmir, bagian barat Turki, terhadap 20 orang (11 orang di antaranya adalah wanita).

Kantor Berita Anadole, Turki mengatakan ke-20 orang itu adalah keturunan Asia Tengah (Dagiztan, Rusia, Etnis  Uighur China) atau Suriah. Total yang sudah ditahan dalam rangka penyelidikan mencapai 36 orang, termasuk istri pelaku. Dari penangkapan tersebut, Apkam menyita paspor palsu, GPS, kacamata inframerah untuk malam.

Keempat, soal identintas pelaku, baru diumumkan pada 04 Januari 2016, itupun tanpa menyebutkan nama ataupun initial. Justru media-media lokal yang kemudian membocorkan informasi sepotong-sepotong tentang pelaku: kelahiran 1988. Pelaku sudah dua kali masuk ke Turki, tahun 2014 dan 2015, dan diyakini pernah ke Suriah secara illegal. Kemungkinan pelaku berasal dari Kirgiztan atau Uzbekistan.

Kelima, keahlian pelaku. Apkam Turki mengakui atau menyimpulkan, pelaku cukup terlatih menggunakan senjata. Sebab sebelum menembak, pelaku lebih dahulu melempar gas air mata untuk memicu kepanikan, dan sebagian korban tewas akibat tembakan di kepala guna menimbulkan dan memastikan korban banyak.

Ketenangan dan profesionalitas pelaku juga tampak dari sikapnya paska aksi. Pelaku meninggalkan TKP dengan berjalan kaki sejauh sekitar 400 meter, kemudian naik taksi, namun ketika turun dari taksi di suatu tempat, dia baru sadar tidak membawa uang yang cukup untuk sewa taksi. Akhirnya dia meminjam uang kepada seorang pegawai restoran, yang kemudian teridentifikasi berasal dari etnis Uighur Muslim China di restoran di kawasan Sitinoboru, Istanbul. Sebagai tindak lanjut, karena diduga sebagai jaringan pelaku, Aparat Turki kemudian menahan 7 warga Uighur China yang bekerja di restoran tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun