Selama dua tahun tahun terakhir, Mesir telah menyaksikan berbagai bentuk aksi kekerasan. Namun yang menarik sejak Abdul Fattah Al-Sisi berkuasa pada 3 Juli 2013, telah terjadi beberapa aksi kekerasan yang dapat disebut “pembunuhan selektif”, pembunuhan yang memilih tokoh-tokoh tertentu sebagai sasaran, baik dari kalangan militer ataupun pejabat sipil.
Dan tampaknya, spiral pembuhan selektif itu belum akan berhenti dalam waktu dekat. Dan seperti lazimnya, setiap pembunuhan atau upaya pembunuhan selektif yang menyasar tokoh level tinggi, sangat sulit dilacak dalangnya. Untuk kasus Mesir, tudingan biasanya langsung diarahkan kepada kelompok atau anasir pendukung Ikhwanul Muslimun. Padahal bisa saja pelakunya dari kelompok lain atau bahkan persaingan internal rezim.
Syarifuddin Abdullah | Ahad, 23 Oktober 2016 / 22 Muharram 1438H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H