Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilgub DKI 2017: Dialog Tiga Pendukung Masing-masing Pasangan Calon (01)

1 Oktober 2016   13:15 Diperbarui: 1 Oktober 2016   13:46 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pro AHY-SM: agama adalah wilayah privat. Begitu bersentuhan dengan pengelolaan negara, semuanya harus kembali ke konsesnsus bersama: Pancasila dan UUD 1945.

Pundi-pundi kampanye

Moderator: dari segi kemampuan finansial, kalau sedikit agak jujur, pasangan mana sih yang paling bongsor pundi-pundinya?

Pro AHY-SM: Kita berpikir rasional saja. Para pengusaha cenderung akan mendukung pasangan yang relatif aman atau diprediksi untuk menang. Jadi asumsinya, pasangan Ahok-Djarotlah yang paling mungkin mendapatkan sokongan dana lebih besar.

Pro AB-SU: Meski dana kampanye adalah hal pokok, tapi tim sukses dan relawan kami sudah menyiapkan program jitu, yang tidak memerlukan dana besar. Setuju bahwa pengusaha cenderung lebih mendukung pasangan yang diprediksi untuk menang, dan itu juga berarti bahwa saat ini para pengusaha belum akan “bermain penuh”, masih wait and see dulu.

Pro AHY-SM: soal pundi-pundi ini, saya pikir masing-masing pasangan memiliki andalannya. Sebab, begitu koalisi dibentuk, persoalan dana itu sudah diperhitungkan oleh anggota koalisi. Relatif tidak ada persoalan.

Kemungkinan manipulasi suara

Moderator: kalau coba meneropong, pada tahapan mana sih, kecurangan dan manipulasi suara itu paling mungkin dilakukan pada Pilgub DKI?

Pro AB-SU: kalau mengacu pada mekanisme Pilkada, apalagi di DKI, relatif sudah terkontrol. Nyaris tak ada peluang melakukan kecurangan. Masalahnya, database kependudukan kita, meskipun sudah e-KTP, belum bagus betul, dan itu berimbas pada DPC/DPT (Daftar Pemilih Sementara/Tetap). Di beberapa KPUD, sering terjadi perubahan data jumlah pemilih dalam jumlah signifikan. Tapi mari berpikir common sense saja, pada setiap persaingan, selalu ada potensi kecurangan. Dan potensi kecurangan Pilgub DKI yang paling dimungkinan antara lain:

Pertama, kecurangan dilakukan sejak dini. Misalnya sekarang ini sudah mulai dilakukan pembuatan KTP fiktif DKI. Lalu mereka didaftarkan agar muncul di DPT, dan pada saatnya nanti akan ikut memilih.

Kedua, mengerahkan pemilih dari luar DKI, atau pemilih yang belum memenuhi syarat usia/kawin, dengan membuatkan KTP Aspal untuk mereka dan ikut memilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun