Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Wawasan Kebangsaan melalui Wisata Kebangsaan

21 September 2016   13:37 Diperbarui: 21 September 2016   14:04 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu tidak bisa dan tidak benar juga kalau dikatakan, setiap warga Indonesia yang belum mengunjungi semua provinsi di Indonesia, dengan sendirinya tidak memiliki wawasan kebangsaan. Namun, agak sulit dibayangkan wawasan kebangsaan akan tertanam secara utuh pada diri seorang warga Indonesia, jika belum mengunjungi minimal separuh dari 34 provinsi di Indonesia.

Ini menunjukkan bahwa diperlukan penanaman doktrin kebangsaan, yang dapat diimplementasikan, baik pada tingkat rumah tangga, sekolah/perguruan tinggi dan/atau tempat kerja.

Sebagai perbandingan, rata-rata anak muda Amerika, sebelum bekerja, sudah pernah mengunjungi separuh dari 51 negara bagian di Amerika. Memang Amerika dan sebagian besar negara di Eropa adalah negara daratan, sehingga warganya bisa berkunjung ke seluruh penjuru negerinya dengan kendaraan darat.

Karena negara kepulauan, Indonesia memang memiliki tingkat kesulitan tersendiri untuk menjangkau semua penjurunya dari Sabang sampai Merauke, Dari Miangas hingga ke Pulau Rote. Namun, itulah konsekuensi yang harus diterima jika ingin serius menanam wawasan kebangsaan kepada semua anak negeri, bahkan sejak di usia dini. Dan salah satu caranya adalah merumuskan konsep indoktrinasi wawasan kebangsaan, yang katakanlah dikemas dengan bahasa yang bersahabat: agenda wisata kebangsaan.

Dalam agenda wisata kebangsaan itu, terdapat sekitar dua-pertiga atau sekitar 17 kota provinsi yang “mestinya” direkomendasikan untuk dikunjungi, yang tersebar di 5 pulau besar yaitu: di Sumatera (Banda Aceh, Medan, Padang); Jawa (Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya); Kalimantan(Balikpapan, Pontianak); Sulawesi (Makassar, Palu dan Manado); Papua (Iran Jaya, Sorong, Merauke); Maluku (Ambon dan Ternate). Silahkan menambah – tapi jangan mengurangi lagi – kota provinsi yang perlu dikunjungi.

Mungkin seorang aktivis netizen bisa berkomentar bahwa dirinya bisa saja mengtahui banyak misalnya tentang Sorong atau Nias atau Kendari melalui media online. Itu juga benar. Tapi selalu ada perbedaan – dan perbedaan itu bisa sangat besar – antara orang yang melihat langsung dengan orang yang hanya mendengar dan/atau membaca. Kadar dan bobot rasa empati terhadap bencana Tsunami di Aceh pada 2014, akan berbeda antara orang yang pernah ke Banda Aceh dibanding orang yang belum pernah berkunjung ke Banda Aceh.

Syarifuddin Abdullah | Rabu, 21 September 2016 / 19 Dzul Hijjah 1437H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun