Apa sih sesungguhnya makna memohon maaf dan memaafkan? Atau bagaimana semestinya sikap dan perilaku kita ketika sedang memohon maaf dan/atau memaafkan orang lain?
Setahu saya, sebenarnya tidak ada panduan praktisnya. Artikel ini pun sekedar menggambarkan pengalaman pribadi. Dan setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dan dimaknai ketika memohon maaf dan/atau memaafkan.
Pertama, memohon maaf tidak mesti harus didahului kesadaran bersalah. Artinya, Anda tidak perlu bersalah dulu untuk kemudian memohon maaf. Sebab kesalahan bisa muncul dalam berbagai bentuk.
Hal paling sederhana, kalau ada orang lain tersenyum kepada Anda, dan Anda tidak membalasnya dengan senyuman juga, itu sudah cukup untuk membuat orang lain tersebut tersinggung bahkan sakit hati. Padahal, mungkin sekali Anda tidak membalas senyumannya bukan karena benci, tetapi mungkin Anda sedang dalam keadaan galau juga.
Kedua, maaf dan memaafkan adalah upaya membangun dan memelihara hubungan antar individu. Karena itu, maaf memaafkan sebenarnya harus dilakukan setiap saat, bukan pada moment tertentu saja. Tapi kalau orang lain memposisikan Idul Fitri sebagai momen maaf memaafkan secara kolosal, tidak salah juga.
Ketiga, yang kita harapkan dari maaf dan memaafkan adalah berkah. Persentuhan dua telapak tangan, ketika berjabat tangan mengandung chemistry yang membuat hubungan lebih intim. Karena itu, meskipun sekarang ini memelihara hubungan antar individu bisa dilakukan lewat online, berjabat tangan langsung tetap lebih bermakna.
Ketika sedang menjabat tangan orang lain, tataplah mukanya, lalu niatkan di dalam hati untuk memaafkan secara tulus semua bentuk kesalahan orang tersebut, yang sengaja ataupun tidak disengaja.
Telapak tangan adalah anggota tubuh yang paling aktif ketika seseorang dalam keadaan sadar. Telapak tangan konon memuat semua suasana batin Anda. Maka ketika Anda sedang galau, lalu menjabat tangan orang lain, berarti Anda sedang mentransfer energi kegalauan. Begitu pula sebaliknya, ketika sedang berbahagia lalu menjabat tangan orang lain, berarti Anda sedang mentransfer energi kebahagiaan.
Keempat, hal paling utama dan sekaligus paling berat dalam laku maaf-memaafkan adalah ketulusan atau keikhlasan, yakni kesanggupan melupakan – “bukan sekedar memahami” – semua kesalahan orang lain.
Tulus ikhlas dalam maaf memaafkan memang tidak gampang. Makanya perlu latihan setiap saat, setiap hari, sepanjang umur.
Dan ketulusan dalam mohon maaf dan/atau memaafkan tidak peduli pada bobot kesalahan. Sebab ketulusan seharusnya tidak membeda-bedakan antara kesalahan besar, kesalahan sedang dan kesalahan kecil. Artinya, ketulusan itu tidak pandang bulu. Sekali maaf, yang maaf. Tidak ada maaf-memaafkan yang bertanggung tanggung.
Maka tidak benar kalau misalnya saya mengatakan kepada seseorang: saya memaafkan kesalahan X-mu, tapi aku tidak memaafkan kesalahan Z-mu. Klasifikasi maaf memaafkan seperti ini menunjukan ketidakikhlasan, tidak tulus.
Syarifuddin Abdullah | Senin, 11 Juli 2016 / 06 Syawal 1437H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H