Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penceramah yang Sering Salah Baca Teks Berbahasa Arab

17 Juni 2016   22:25 Diperbarui: 18 Juni 2016   00:06 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penceramah Salah Baca, Dokumen Pribdai

Terserah Anda menyebutnya: ustadz, tuangguru, alim, ulama, kiai atau kiai haji sekalipun. Tapi salah satu ukuran kematangan ilmu keagamaan seorang penceramah adalah seberapa dalam penguasaan dan kebenaran bacaannya secara gramatikal ketika mengutip teks berbahasa Arab: ayat Quran, sabda Nabi dan ungkapan berbahasa Arab lainnya.

Berdasarkan pengamatan saya, cukup jarang penceramah di Indonesia yang salah baca ketika mengutip ayat-ayat Quran. Sebab semua mushaf yang beredar di pasaran sudah ber-harakat (sudah diberi tanda baca fathah, dhamma, kasrah dan jazm).

Dan saya biasanya tidak terlalu peduli jika ada ustadz yang terkesan fanatik dengan mazhab fikhi tertentu. Namun bisa sangat terganggu bila mendengar penceramah yang keliru secara gramatikal ketika membaca dan mengutip hadits-hadits Nabi atau ungkapan berbahasa Arab.

Dan kekeliruan membaca teks berbahasa Arab itu adalah persoalan serius. Sebab ketika suatu kata yang mestinya dibaca marfu’ (baris dhamma atau vokal ‘u’ (ــُـ), tetapi dibaca dengan fathah atau vokal ‘a’ (ــَـ), dan/atau majrur (baris kasrah) atau vokal ‘i’ (ــِ), yang mengakibatkan maknanya bisa melenceng jauh.

Misalnya ketemu kalimat (رَكِبَتْ فَاطِمَةُ سَيَّارَةً), yang berarti “Fatimah mengendarai Mobil”. Tapi dari segi rasa dan tata bahasa, kalimat itu juga dimungkinkan dibaca (رَكِبَتْ فَاطِمَةَ سَيَّارَةٌ) yang berarti “Mobil mengendarai Fatimah”. Untuk membedakannya, seorang pembaca (ustadz dalam kasus ini) harus memastikan baris untuk masing-masing kata Fatimah (فاطمة) dan sayyarah (سيارة). Persoalan ini akan semakin serius bila dikaitkan dengan timbangan (perubahan bentuk) suatu kata kerja dan noun, yang dikenal dengan istilah ilmu sarf dalam Bahasa Arab.

Selama beberapa tahun terakhir, saya mengamati banyak sekali penceramah di Indonesia – terutama mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan ponpes atau tidak pernah belajar di Timur Tengah – sering melakukan kesalahan membaca teks. Dan sialnya, mereka tidak tahu telah/sedang melakukan kesalahan, sehingga kesalahannya menjadi "kesalahan ganda".

Tapi, biar fair, beberapa penceramah yang pernah mengecap pendidikan di Ponpes dan/atau di Timur Tengah sekalipun (Mesir, Saudi, Yaman dll), tetap saja kadang masih melakukan kesalahan baca.

Saya pernah secara khusus mendengarkan sejumlah rekaman ceramah Zainuddin MZ, dan saya berkesimpulan bahwa Zainuddin MZ (alm) merupakan salah satu penceramah publik, yang nyaris tidak pernah salah baca secara gramatikal setiap kali mengutip ayat, hadits atau ungkapan Arab. Meskipun Zainuddin MZ tidak pernah kuliah di Timur Tengah, dan hanya lulusan IAIN Jakarta, jurusan Bahasa Arab.

Contoh lain, di akhir khutbah pertama Jumat, sebelum duduk di antara dua khutrbah, khatib umumnya membaca kalimat doa ini:

(بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمِا فِيْهِ  مِنَ الآَيَاتِ والذِّكْرِالحَكِيْمٍ، وتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَه إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ)

Artinya, “Semoga Allah memberkahi saya dan hadirin dalam keagungan Quran, semoga Allah memberikan manfaat dari kandungan Quran yang berupa ayat dan peringatan bijak, dan semoga Allah menerima bacaan Quran saya dan dan hadirin, seungguhnya Allah maha mendengar dan mengetahui”

Namun banyak sekali khatib Jumat yang membaca salah doa itu dengan mengurangi beberapa kata, sehingga maknanya menjadi lain (perhatikan kata yang digaris-bawahi, yang terbuang atau salah baca) sebagai berikut:

(بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ ......  مِنَ الآَيَاتِ والذِّكْرِالحَكِيْمٍ، وتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتُه إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ)

Banyak juga penceramah yang salah membaca doa populer yang berbunyi (...وَاجْعَلْ تَـفَـرُّقَـنَا مِنْ بَعْدِهِ تـَفَـرُّقًـا  مَعْصُوْمًا)  yang berarti “... Jadikalah perpisahan kami setelah ini sebagai perpisahan yang terlindungi”. Namun karena tidak tahu, banyak penceramah yang membaca kata tafarruqana (تَـفَـرُّقَـنَا) menjadi tafriqana (تَـفْـرِقَـنَا) dan kata tafarruqan (تـَفَـرُّقًـا) dibaca menjadi tafriqan (تَـفْـرِقًـا), yang mengakibatkan doa itu menjadi tidak ada artinya.

Sebenarnya salah baca yang mengakibatkan kekeliruan makna dan kehilangan makna tersebut, dari segi niat mungkin tidak jadi persoalan. Saya tidak meragukan niat baiknya, dan karena itu, semoga tidak punya pengaruh spritual bila dikaitkan dengan apakah materi khutbah/ceramah itu diterima atau berberkah di telinga pendengar/pemirsanya. Dan saya berharap semoga tidak menurunkan martabat penceramahnya.

Namun saya ingin mengusulkan begini: meskipun sangat terganggu bila mendengar penceramah salah membaca teks berbahasa Arab, saya hanya ingin mengatakan kepada semua ustadz, tuangguru, ulama, kiai atau kiai haji sekalipun, kalau giliran mengutip teks Sunnah Nabi atau ungkapan Arab lainnya, bacalah dengan benar! Jika memang tidak/belum tahu cara membacanya dengan benar, belajarlah dan bertanyalah lebih dulu sebelum mengutipnya di depan publik. Itu akan lebih elegan.

Syarifuddin Abdullah | Jumat, 17 Juni 2016 / 12 Ramadhan 1437H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun