Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

IS Mengklaim Teror Bom Brussels

23 Maret 2016   00:55 Diperbarui: 23 Maret 2016   09:19 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kronologi:

  • Jumat, 18 Maret 2016: aparat keamanan Belgia menangkap buronan paling dicari di Eropa, Salah Abdeslam, salah satu terduga Teror Paris 13 Nopember 2015.
  • Senin, 21 Maret 2016: Mendagri Belgia memperingatkan kemungkinan terjadinya aksi teror sebagai aksi balas dendam paska penangkapan Salah Abdeslam
  • Selasa 22 Maret 2016, pukul 0800 local time Kota Brussels (0700 GMT atau 1400 WIB): terjadi ledakan bom bunuh diri di meja check-in maskapai American Airlines, di bandara Zaventem, Brussels, Belgia.
  • Sekitar 90 menit kemudian, pada 0930 local time kota Brussels (0830 GMT atau 1530 WIB), satu bom susulan meledak di stasiun metro di bilangan Maelbeek, yang berjarak sekitar 400 meter dari gedung Markas Uni Eropa.
  • Paska ledakan beruntun itu, otoritas Kota Brussels menutup semua kegiatan transportasi publik di Brussels, persis yang terjadi paska serangan teror terhadap angkutan bawah tanah di London, 2005.
  • Siang menjelang sore, Pemerintah Belgia memutuskan menutup bandara Zaventem selama seminggu, sampai 28 Maret 2016. Mungkin yang pertama terjadi dalam sejarah penerbangan dalam kaitannya dengan aksi teror.
  • Sekitar pukul 1645 local time Brussels (1545 GMT atau 2245 WIB), yakni ketika artikel ini masih sedang ditulis, situs http://a3maqagency.wordpress.com, yang dipercaya dikelola sel Islamic State (IS) merelease berita pernyataan klaim berbahasa Arab atas ledakan Brussels, yang artinya: "Para combatan IS, hari ini selasa, melancarkan serangkaian peledakan bom rompi yang menyasar bandara dan stasiun utama kereta di jantung kota Brussels, ibukota Belgia yang merupakan salah satu negara yang bergabung dalam koalisi yang menggempur IS... Para combatan IS itu terlebih dahulu membuang tembakan di dalam area bandara Zaventem sebelum akhirnya beberapa orang di antaranya meledakan bom rompi mereka. Sementara seorang seorang pelaku meledakkan bom rompinya di stasiun kereta Maelbeek. Rangkaian serangan tersebut mengakibatkan korban tewas dan cedera total berjumlah lebih dari 230 orang".

Kalau bom Brussels diposisikan sebagai rangkaian Teror Paris (13 Nop 2015), berarti kelompok teror di Eropa memerlukan persiapan selama 130 hari (sekitar 4 bulan) untuk melancarkan serangan lanjutan berskala besar. Kalau rentang waktu ini yang dijadikan acuan, maka from now on, Eropa berpotensi mengalami aksi teror dua kali dalam setahun.

Bom Brussels yang menyasar bandara Zaventem, salah satu yang tersibuk di Eropa, yang diasumsikan menjadi ring-1 pengamanan dan seharusnya dilengkapi kecanggihan teknologi pengintaian dan metal detector yang sophisticated, kembali membuktikan bahwa kecanggihan teknologi semata tidak bisa dijadikan andalan utama untuk mencegah aksi teror. Sekaligus membuktikan bahwa pelaku masih memiliki kemampuan melakukan penetrasi ke target yang diinginkan.

Yang juga menarik, ledakan di bandara Zaventem terjadi di meja check-in maskapai American Airlines. Artinya serangan bom Brussels, ibarat sekali mendayun, dua-tiga pulau terlampaui: (1) mengguncang jantung Eropa; (2) mengirim pesan kepada Amerika Serikat dan (3) mempermalukan sistem pengamanan yang berbasis teknologi.

Klaim IS yang menegaskan bahwa combatan IS yang melakukan serangan bom Brussels, yang direlease sekitar 8 jam paska ledakan, nyaris sama dengan klaim IS terhadap serangan Teror Thamrin-Sarinah Jakarta 14 Januari 2016, yang ketika itu direlease oleh situs yang sama sekitar jam 1700 WIB (sekitar 7 jam paska serangan).

Syarifuddin Abdullah | Rabu dinihari, 23 Maret 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun