Dalam hal ini menarik menyimak gambaran tradisi wakil rakyat di Amerika: anggota Kongres yang berbasis negara bagian, yang sudah lama memiliki tradisi bahwa setiap anggota Kongres memiliki staf ahli (SA) minimal 3 orang, sesuai bidang komisinya di Kongres (boleh disebut ini staf ahli jenjang-1 atau lapis pertama).
Terus 3 staf ahli jenjang-1 itu, masing-masing punya lagi minimal 3 staf ahli (yakni staf ahli jenjang-2 yang berjumlah 9 orang).
Lantas 9 staf ahli di jenjang-2, masing-masing punya staf ahli lagi minimal 3 staf ahli (staf ahli jenjang-3), yang berjumlah 27 orang. Dengan demikian, si anggota Kongres, ibaratnya didukung 40 staf ahli (lihat ilustrasi), meski yang berkomunikasi langsung dengan anggota kongres itu hanya tiga staf ahli di jenjang pertama.
Selanjutnya, para SA jenjang-3 yang berjumlah 27 orang tersebut, masing-masing mungkin aktif lagi di berbagai kelompok diskusi yang bekerja sebagai outsourcing.
Karena tradisi ini sudah berlangsung bertahun-tahun, tidak aneh, rata-rata penampilan publik anggota Kongres di Amerika, terlihat memahami dengan benar persoalan yang menjadi bidang komisinya di Kongres, meski pemahaman yang benar tersebut akan mengacu pada ideologi tertentu (keilmuan atau berdasarkan ideologi partai).
Untuk kasus-kasus yang menjadi perhatian publik, pernyataan setiap anggota Kongres umumnya layak kutip di media. Tidak ada pernyataan ecek-ecek atau asal bunyi. Sebab, setiap pernyataan yang dipublikasikan seorang anggota Kongres adalah intisari dan hasil diskusi berjenjang yang melibatkan pemikiran sekitar 40 staf ahli.
Untuk mencapai level dan kualitas seperti itu tentu membutuhkan biaya. Sebab untuk menjadi wakil rakyat yang bermutu, memang mahal harganya, bukan semata mengandalkan ketokohan dan elektabilitas.
Syarifuddin Abdullah | Jumat, 26 Februari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H