Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemimpin & Kepemimpinan (07): Empati Memaksimalkan Fungsi Kepemimpinan

6 Februari 2016   08:28 Diperbarui: 6 Februari 2016   10:11 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pemimpin yang peduli dan berempati dengan persoalan umatnya, Umar bin Khattab menilai persoalan ini sangat serius. Dia ingin memastikan seberapa lama prajurit bisa bertahan tidak berhubungan dengan istrinya, dan juga seberapa lama seorang istri mampu bertahan ditinggal suaminya.

Lalu Umar bin Khattab melakukan penyelidikan, sejenis polling. Sejumlah istri prajurit ditanyai: berapa lama sanggup bertahan ditinggal suaminya? Para prajurit dimintai jawaban seberapa lama mampu bertahan tidak melakukan hubungan intim dengan istrinya.

Jawaban para prajurit dan istri-istrinya tentu tidak seragam. Ada yang menjawab mampu bertahan selama satu tahun. Sebagian menjawab bisa bertahan selama enam bulan. Lainnya menjawab hanya bisa bertahan maksimal tiga bulan, dua bulan.

Berdasarkan hasil investigasi itulah, Umar mengambil kebijakannya yang sangat populer: rolling (pengiriman dan penarikan) prajurit ke dan dari medan tempur maksimal enam bulan. Beberapa riwayat menyebutkan, kebijakan itu kemudian direvisi lagi menjadi maksimal 4 bulan.

Kebijakan Umar bin Khattab tersebut merupakan empati, menyelami fakta dan dan persoalan yang dialami oleh orang-orang yang dipimpinnya.

Kebijakan Umar itu dianggap sebagai sebuah terobosan seorang pemimpin yang berempati, karena persoalan ini memang tidak ada dalil langsungnya di dalam Quran maupun Sunnah Nabi.

(*) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, 2002: empati: keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain).

Syarifuddin Abdullah | Sabtu, 06 Februari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun