Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi & Rembang-Pati

2 November 2015   04:32 Diperbarui: 2 November 2015   04:32 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1)

Pada 23 April 2014 – atau sekitar tiga bulan sebelum Pemilu Presiden 09 Juli 2014 – saya menulis status pendek di akun Twitter (@syarif2015): “Percaya deh, gak jauh beda pilih Jokowi, Prabowo, ARB, Dahlan Iskan untuk RI-1. Pengalaman 4 presiden di Era Reformasi membuktikan itu”.

Pesannya: bahwa siapapun nantinya yang menjadi Presiden pada Pilpres 2014, persoalan negeri ini tidak akan jauh bergeser. Semua capres pasti tidak akan mampu memenuhi semua janji-janjinya selama masa kampanye.

Ketika akhirnya masuk di bilik suara pada 9 Juli 2014, terus terang, saya akhirnya tidak memilih Jokowi. Tapi memilih Prabowo Subianto – dengan alasan yang menurut saya sangat rasional ketika itu – juga bukannya tanpa risiko.

Namun, dengan asumsi bahwa siapapun yang saya pilih, ketika itu, toh pada akhirnya tidak akan jauh beda hasilnya. Artinya, pilihan saya dan juga pilihan Anda menjadi tidak terlalu penting.

Singkat cerita, kita tahu, Jokowi akhirnya dinobatkan sebagai Presiden RI pada Oktober 2014, dan saya tidak kecewa sama sekali. Dan karena taat konstitusi, kita menerimanya sebagai Presiden yang sah.

Sekitar 8 bulan setelah Pilpres 2015, tepatnya pada 17 Februari 2015, di akun Facebook, saya kembali mengutip status di Twitter tersebut dan menambahkan kalimat ini: “Dan itu terbukti sekarang dalam kasus Polri-KPK. “Jadi, lain kali jangan mudah tersihir dengan pesona popularitas”. Kalimat status ini merujuk pada kisruh pengangkatan Kapolri yang menguras energi nasional, yang sebenarnya tidak perlu.

Pesannya, siapapun yang memilih Jokowi karena terpesona pada popularitasnya, mungkin terpaksa harus kecewa, dan yang bukan pemilihnya, lebih kecewa lagi.

Jokowi bukanlah sosok yang mampu menyelesaikan segala persoalan dalam satu tahun. Dan akan salah besar juga bila saya mengatakan, misalnya, persoalan bangsa ini akan tuntas-tas-tas dalam periode satu tahun, bila seandainya Presidennya Prabowo Subianto. Sebab sekali lagi, “Percaya deh, gak jauh beda”.

(2)

Kalau kita merujuk ulang berbagai teori kepempimpinan, lazim disebutkan bahwa seorang pemimpin – siapapun dia, termasuk Jokowi – tidak mungkin sukses dalam segala bidang, dan mustahil bisa memenuhi semua janji-janjinya. Ini common sense, Bung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun