Maka seikhlas bagaimanapun kegiatan blusukan itu, tidak akan berpengaruh signifikan terhadap jatuhnya nilai tukar rupiah. Kegagalan di bidang moneter ini makin menjadi-jadi, karena publik akhirnya membandingkan dengan periode sebelumnya (SBY), yang relatif sukses mempertahankan nilai kurs Rembang Pati.
Padahal, di bidang moneter ini, para pengeritik Jokowi juga paham (cuma kadang pura-pura lupa) bahwa pemain di pasar valuta, bukan cuma pemain nasional. Ini era global, Bung. Nilai kurs mata uang negara tertentu, tidak sepenuhnya lagi bisa dikendalikan oleh pemerintah. Tetapi blunder juga kalau ada menteri Jokowi yang mengatakan, soal kurs Rembang-Pati bukan tanggung jawab Jokowi.
Kalau dikatakan, pemerintahan sebelumnya terbukti bisa menahan anjloknya nilai tukar. It’s ok. Ini fakta. Tapi mestinya kita juga langsung mempertanyakan, berapa triliun rupiah-kah yang dikorbankan (hilang sia-sia) hanya untuk menahan gempuran terhadap rupiah, selama dua periode kepresidenan SBY? (setahu saya, belum pernah ada kajian atau publikasi yang serius terkait pertanyaan ini).
(5)
Sejak terpilih menjadi Presiden RI ke-7, saya tidak pernah tertarik mendukung dan/atau menentang Jokowi dengan meledak-ledak, menggebu-gebu. Tapi kalau saat ini ada kelompok yang menuntut Jokowi mundur, mohon maaf, saya belum mau ikut, minimal sampai genap tahun kedua (Oktober 2016).
Sebab kalau benar dia adalah wong ndeso yang genuine, Jokowi pasti mendengar dan memperhatikan segala kritikan, dan selanjutnya akan berusaha maksimal untuk memperbaiki dan meluruskannya. Saya masih percaya itu.
Maka, Jokowi dan kabinetnya masih layak didorong agar terus memperbaiki kinerja dan tidak sibuk mengurusi hal-hal sepele, yang kadang menguras energi lebih dari semestinya.
Lagi pula, mengganti Jokowi dengan figur lain, meskipun memiliki alasan rasional, bagi saya terlalu mahal harganya. Untuk itu saya kembali mengutip status saya di Twitter pada 23 April 2014 (@syarif2015): “Percaya deh, gak jauh beda pilih Jokowi, Prabowo, ARB, Dahlan Iskan untuk RI-1”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H