Mohon tunggu...
Sabda Pranawa Djati
Sabda Pranawa Djati Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Pemula

Sekretaris Jenderal Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia), periode 2012-2014, 2014-2019 dan 2019-2023. Pada 7 Mei 2021, mendirikan Usaha Mikro Kecil, di bidang konsultan hubungan industrial, yang bernama BIPARTITE INSTITUTE. Bertujuan mensosialisasikan pentingnya membangun hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan antara pekerja dan pengusaha, berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Ingin berbagi pengalaman hidup melalui tulisan, dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Jangan Gamang Jelajahi Rammang-Rammang. Situs Purbakala Yang Menjulang"

4 Maret 2022   05:16 Diperbarui: 4 Maret 2022   05:21 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan Gamang Jelajahi Rammang-Rammang. Situs Purbakala Yang Menjulang"

Membaca berita tahun 2021, tepatnya tanggal 17 Juni, tentang kegiatan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, yang bersama Atta Halilintar dan Thariq Halilintar meresmikan Desa Wisata Rammang-Rammang di Maros Sulawesi Selatan, ingatan saya langsung terpantik. Batin pun berseru, "Saya sudah pernah menjelajahi Rammang-Rammang! Lokasi wisata ini memang sangat luar biasa!"

Jauh sebelum adanya pandemi Covid 19, yaitu pada 21 dan 22 Januari 2017, saya bersama beberapa pimpinan organisasi Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia) sempat bertandang ke Makassar. Saat itu kami menghadiri kegiatan Konferensi Wilayah ASPEK Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah penyelenggaraan konferensi, kami berkesempatan diajak oleh pengurus wilayah, untuk mengunjungi beberapa lokasi wisata, salah satunya adalah Rammang-Rammang.

Peta Sulawesi (Google Map)
Peta Sulawesi (Google Map)

Rammang-Rammang adalah sebuah tempat di gugusan pegunungan karst (kapur) Maros-Pangkep. Letaknya di desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 40 km di sebelah utara Kota Makassar dan kurang lebih 10 km dari Maros.

Rammang-Rammang dalam bahasa Makassar, berarti sekumpulan "awan" atau "kabut". Menurut cerita penduduk setempat, daerah sekitar Rammang-Rammang sering diselimuti awan atau kabut saat pagi hari ataupun saat hujan turun. Kondisi ini yang kemudian menginspirasi penamaan tempat wisata alam Rammang-Rammang.

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Pegunungan karst yang berada di Rammang-Rammang, tercatat sebagai gugusan pegunungan karst terbesar dan terluas kedua di dunia, selain pegunungan karst di China Selatan dan Vietnam. Artinya, Indonesia punya kekayaan alam yang luar biasa dan sangat indah, yang harus selalu dijaga kelestariannya. Beberapa bulan setelah kunjungan kami, tepatnya pada November 2017, Rammang-Rammang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai Taman Nasional Geopark atau Geopark Nasional.

Tiga tahun kemudian, di 2020, Pemerintah melalui Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO telah mengajukan secara resmi Geopark Nasional Maros-Pangkep sebagai kandidat UNESCO Global Geopark Indonesia atau geopark tingkat internasional.

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Menyusuri Sungai Pute.

Saya dan kawan-kawan menyusuri Sungai Pute untuk menuju Kampung Berua, menggunakan perahu kayu bermesin diesel. Kami pun langsung takjub menyaksikan keindahan alam sepanjang sungai Pute. Di kiri-kanan kami menyaksikan pegunungan karst yang tampak seperti batu karang besar menjulang tinggi dan kokoh, dengan bentuk yang sangat alami.

Sumber: Youtube Sabda Pranawa Djati Channel
Sumber: Youtube Sabda Pranawa Djati Channel

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Sepanjang menyusuri sungai juga terlihat pemandangan berupa hutan pohon nipah yang mirip pohon palem. Pohon nipah tumbuh subur di lahan basah atau di kawasan hutan mangrove. Anda mungkin belum tahu, bahwa pohon nipah termasuk dalam golongan tanaman purba karena diyakini telah ada sejak 70 juta tahun yang lalu di muka bumi. Buah nipah dapat dimakan dan sering dijadikan camilan yang enak dan menyegarkan. Hasil olahan pohon nipah juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit diabetes, sakit perut dan menurunkan panas demam. Sedangkan getah pohon nipah telah lama dimanfaatkan untuk membuat minuman beralkohol.

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Sepanjang Sungai Pute kami juga disuguhi pemandangan berbagai tanaman bakau yang akarnya terlihat, serta kemunculan burung-burung liar yang terbang dari satu pohon ke pohon yang lain. Sesekali tampak burung belibis di antara pepohonan nipah. Kami harus menundukkan kepala agar tidak terbentur saat melewati bawah sebuah jembatan bambu yang dipakai lalu lalang oleh penduduk sekitar.

Sumber: You Tube Sabda Pranawa Djati Channel
Sumber: You Tube Sabda Pranawa Djati Channel

Kami dua kali melewati lorong batu karst. Lorong batu yang pertama, jaraknya tidak terlalu panjang. Namun sangat sempit dan hanya bisa dilewati oleh satu perahu kayu saja. Sedangkan lorong batu yang kedua, cukup lebar dengan jarak tempuhnya lebih panjang, sekitar 30-40 meter. Di dalam lorong, di sisi kiri dan kanan kami melihat batu karst yang tampak seperti batu karang yang sangat unik. Selepas dari lorong kedua inilah kami sampai di ujung Sungai Pute dan tiba di dermaga Kampung Berua.

Sumber: You Tube Sabda Pranawa Djati Channel
Sumber: You Tube Sabda Pranawa Djati Channel

Foto: Sabda Pranawa Djati
Foto: Sabda Pranawa Djati

Keindahan Kampung Berua.

Tiba di dermaga Kampung Berua, kami langsung membeli tiket masuk. Hanya ada satu loket yang berada tepat di sisi luar dermaga. Di papan informasi penunjuk arah tertulis beberapa tempat yang bisa dikunjungi di Kampung Berua, yaitu Situs Pasaung, Padang Ammarrung, dan Gua Kelelawar. Kampung Berua dikelilingi oleh gunung batu karst yang tinggi dengan bentangan yang sangat luas. Terdapat beberapa rumah panggung yang terbuat dari kayu, di lahan yang dikelilingi gunung batu karst tersebut.

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Untuk menuju ke Gua Kelelawar, kami harus melewati jalan setapak yang dikelilingi sawah. Di dalam Gua Kelelawar, tampak dinding batu karst yang didominasi warna putih dengan tekstur seperti batu karang yang alami. Gua Kelelawar di Kampung Berua ini tercatat sebagai situs purbakala, yang di dalamnya terdapat lukisan dinding dari jaman purbakala yang sangat menakjubkan.

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Foto : ASPEK Indonesia
Foto : ASPEK Indonesia

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Di Kampung Berua saat itu juga terdapat proyek Percontohan Polykultur Budidaya Udang Vaname dan Ikan Bandeng, yang merupakan proyek pemerintah setempat.

Setelah turun dari Gua Kelelawar, kami menyempatkan diri beristirahat di warung milik salah satu masyarakat Kampung Berua. Menikmati kopi panas dan cemilan khas Makassar.

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Ketika kembali dari Kampung Berua untuk menuju dermaga awal keberangkatan, pengemudi perahu kayu yang kami naiki, membawa kami melewati sungai yang dipenuhi dengan batu-batu karang dengan berbagai bentuk unik, yang menyembul di permukaan air. Membuat perahu harus bergerak zig-zag agar tidak menabrak batu-batu karst tersebut.

Sumber: Youtube Sabda Pranawa Djati Channel
Sumber: Youtube Sabda Pranawa Djati Channel

Pengemudi perahu yang membawa kami saat itu, menginformasikan bahwa wisata menyusuri Sungai Pute juga dapat dilakukan malam hari. Saat saya tanya lebih lanjut, apa yang dilihat jika menyusuri Sungai Pute di malam hari, pengemudi perahu memberitahu bahwa di malam hari bisa melihat penampakan kunang-kunang.

Bagi masyarakat Berua, sungai Pute adalah jalur lalu lintas utama untuk bisa berinteraksi dengan masyarakat luar, termasuk untuk menuju pasar di Jembatan Pute.

Foto: Sabda Pranawa Djati
Foto: Sabda Pranawa Djati

Kami pun menyempatkan diri mengunjungi Taman Prasejarah Leang-Leang yang masih berada di daerah Maros. Sebuah lokasi wisata edukasi tentang kepurbakalaan. Kata "Leang-Leang" dalam bahasa setempat (Bugis-Makassar) memiliki makna "gua". Di taman ini terdapat banyak gua prasejarah yang menyimpan peninggalan arkeologis manusia purba yang unik dan menarik. 

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Foto: ASPEK Indonesia
Foto: ASPEK Indonesia

Pengalaman menyusuri Sungai Pute menuju Kampung Berua, dan menikmati wisata alam serta situs purbakala di Kampung Berua, adalah pengalaman yang sangat berkesan yang tidak boleh dilewatkan ketika anda berkunjung ke Makassar.

Sayangnya berdasarkan informasi dari berbagai sumber, pada Februari 2022 Kampung Berua yang pernah saya datangi itu sempat terendam banjir selama empat hari dengan ketinggian air hingga 60 sentimeter. Akibatnya lahan pertanian penduduk pun terendam banjir. Selain pada 2022, Kampung Berua juga sempat dilanda banjir hingga enam kali pada 2021.

Dengan berbagai fakta keindahan alam Rammang-Rammang dan Kampung Berua, saya berharap Mas Menteri Sandiaga Uno dapat memberikan solusi terbaik untuk tetap menjaga kelestarian alam dan keindahan Desa Wisata Rammang-Rammang. Sehingga potensi Rammang-Rammang sebagai destinasi wisata kelas dunia dan Geopark UNESCO dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dalam negeri dan luar negeri. Tentunya akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.

Salam di Indonesia Aja!

Sabda Pranawa Djati

#RammangRammang #KampungBerua #TamanNasionalGeoPark #rammangrammangwisatagunungbatukarstterbesar #tamanprasejarahleangleangmaros #Makassar #MarosSulawesiSelatan #SulawesiSelatan #Indonesia #ASPEKIndonesia #Wisata #WisataIndonesia #WisataRammangRammang #BeautifulIndonesia #SabdaPranawaDjatiChannel #KampoengKarstRammangRammang #DiIndonesiaAja #Kemenparekraf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun