Menyusuri Sungai Pute.
Saya dan kawan-kawan menyusuri Sungai Pute untuk menuju Kampung Berua, menggunakan perahu kayu bermesin diesel. Kami pun langsung takjub menyaksikan keindahan alam sepanjang sungai Pute. Di kiri-kanan kami menyaksikan pegunungan karst yang tampak seperti batu karang besar menjulang tinggi dan kokoh, dengan bentuk yang sangat alami.
Sepanjang menyusuri sungai juga terlihat pemandangan berupa hutan pohon nipah yang mirip pohon palem. Pohon nipah tumbuh subur di lahan basah atau di kawasan hutan mangrove. Anda mungkin belum tahu, bahwa pohon nipah termasuk dalam golongan tanaman purba karena diyakini telah ada sejak 70 juta tahun yang lalu di muka bumi. Buah nipah dapat dimakan dan sering dijadikan camilan yang enak dan menyegarkan. Hasil olahan pohon nipah juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit diabetes, sakit perut dan menurunkan panas demam. Sedangkan getah pohon nipah telah lama dimanfaatkan untuk membuat minuman beralkohol.
Sepanjang Sungai Pute kami juga disuguhi pemandangan berbagai tanaman bakau yang akarnya terlihat, serta kemunculan burung-burung liar yang terbang dari satu pohon ke pohon yang lain. Sesekali tampak burung belibis di antara pepohonan nipah. Kami harus menundukkan kepala agar tidak terbentur saat melewati bawah sebuah jembatan bambu yang dipakai lalu lalang oleh penduduk sekitar.
Kami dua kali melewati lorong batu karst. Lorong batu yang pertama, jaraknya tidak terlalu panjang. Namun sangat sempit dan hanya bisa dilewati oleh satu perahu kayu saja. Sedangkan lorong batu yang kedua, cukup lebar dengan jarak tempuhnya lebih panjang, sekitar 30-40 meter. Di dalam lorong, di sisi kiri dan kanan kami melihat batu karst yang tampak seperti batu karang yang sangat unik. Selepas dari lorong kedua inilah kami sampai di ujung Sungai Pute dan tiba di dermaga Kampung Berua.