Berdasarkan glosarium konstitusi HMI, Kader adalah sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar. seorang kader bergerak dan terbentuk di dalam organisasi, mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera atau kepentingan pribadi nya. Bagi HMI sendiri aturan tersebut dilihat dari segi nilai/ideologi HMI yaitu Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) untuk memaknai perjuangan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai nilai ke-Islam-an yang membebaskan (liberation force), dan memiliki kerberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustadhafin). Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi, dapat dilihat dari AD/ART HMI, pedoman perkaderan, Pedoman Dasar Kohati (PDK), serta ketentuan organisasi lainnya.
Berkaca pada realitas kader di zaman sekarang kita tidak dapat menutup mata terhadap pergeseran nilai-nilai yang terjadi. Adapun nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai keislaman yang termaktub dalam NDP HMI. Jika NDP merupakan ideologi yang dianut oleh setiap kader HMI, maka tentu saja internalisasi nilai-nilai tersebut tidak bisa di jalan kan secara sebagian, atau seperempat nya saja. Ia harus di jalan kan secara keseluruhan. Sebab ideologi itu sendiri merupakan doktrin nilai yang menjadi acuan dalam bertindak. Sebagaimana dijelaskan di atas, seorang kader tidak bisa bermain sesuai dengan selera atau kepentingan pribadi nya. Karena di setiap organisasi pasti memiliki aturan main tersendiri. Termasuk di tubuh HMI yang menjadikan NDP sebagai ideologi nya. Lalu bagaimana mungkin NDP hanya di jadikan teks tak bernyawa yang berjarak dari realitas kader HMI?
Untuk menguji pertanyaan di atas kita awali dengan hipotesa berikut. Mungkin, kita akan sangat mudah menyebutkan siapa-siapa saja kader yang menyimpang dari Ideologi HMI di zaman sekarang. Tapi akan sangat sulit sekali menyebutkan siapa kader HMI yang benar-benar mengamalkan ideologi HMI. Hal ini menunjukkan bahwa ada jarak yang membatasi antara kader dan ideologi nya. NDP sudah seperti menara gading yang tidak dapat bersentuhan dengan realitas. Kesulitan disini pun menunjukkan ada nya krisis yang sedang terjadi.. Kemungkinan nya ada tiga, yaitu personal kader yang bermasalah, Penerapan regulasi, atau anomali kultur. Yang mana ketiga hal tersebut tidak terlepas dari peranan perkaderan dalam membentuk nya. Sehingga polemik ini membuat kita di suguh kan oleh pertanyaan ; Lantas apa yang di amal kan oleh kader HMI jika bukan ideologi nya ?.
Secara simplistis kita bisa menjawab, bahwa apa yang mereka amal kan tersebut sesuai dengan pilihan bebasnya. Terlepas dari apakah itu menyimpang atau tidak yang jelas pilihan bebas tersebut adalah otoritas nya dalam wujud kebebasan eksistensial. Terkadang makna kebebasan dan kemerdekaan di HMI pun juga sering di salah pahami. Seperti pernyataan jika Ideologi adalah doktrin nilai, tentu saja ini bertentangan dengan konsep kebebasan dan kemerdekaan. Sebab doktrin itu menggadaikan nya. Sebagaimana sifat doktrin itu sendiri yang imperatif. Padahal tidak sesederhana itu, karena NDP pun merupakan akumulasi nilai-nilai yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits yang dapat di uji kebenaran nya.
NDP sendiri bukan lah sebuah teks yang tercipta secara instan. Ia adalah teks yang mengalami serangkaian proses nan panjang. Di mulai dari 1963, sampai di sah kan pada 1971. Bertahan nya NDP sampai sekarang adalah representasi dari kebenaran tersebut. Sebagaimana dikatakan dalam pepatah minang "Yang benar itu tahan banding" . di NDP Bab I di jelaskan bahwa Kepercayaan harus di arah kan kepada kebenaran, sebab kebenaran adalah kebutuhan manusia. Adalah hal yang bias rasanya ketika NDP berbicara tentang kebenaran namun ia jauh dari kebenaran itu sendiri. Apalagi ia bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits. Sehingga tak mungkin jua NDP sebagai ideologi mengajak penganut nya ke jalan yang salah. Dengan demikian, memilih NDP sebagai ideologi tidak akan menggadaikan pilihan bebas. Karena tentu saja setiap manusia yang hanif secara fitrah mesti memilih pilihan yang benar.
Sementara dalam hal lain, secara ontologi memang kebebasan dan kemerdekaan manusia itu mutlak. Namun freedom disini tidak bisa di bentur kan dalam hubungan sosial. Maka dari itu dibentuk lah sebuah regulasi yang disebut sebagai liberti atau persetujuan-persetujuan sosial agar tidak terjadi chaos antara individu yang satu dengan individu lain nya. Misalnya seseorang yang bersekolah. Di samping ia memiliki kebebasan eksistensial, ia juga mesti mengikuti regulasi yang terdapat di sekolah tersebut.. Jika tidak tentu saja ia memiliki potensi untuk di keluar kan. Pun sama hal nya dengan di HMI. Anda memiliki kebebasan eksistensial untuk mengaktualisasikan diri, akan tetapi anda juga harus mengikuti regulasi yang ada di HMI. Khusus nya, menjadikan NDP sebagai ideologi.
Jika di integral kan dengan kondisi HMI sekarang. Â Kita seperti tersesat di laut lepas lalu menengadah kan doa agar selamat. Padahal keharusan universal (takdir) tidak mempan di doa kan tanpa ada nya ikhtiar yang maksimal. sikap pasrah terhadap realitas inilah yang menjadikan kita kontra revolusioner. Bahkan bukan hanya pasrah, tapi ada juga yang tidak atau kurang memiliki kepekaan sosial sebab lebih bersandar pada prinsip individualistik. Serta ada yang berprinsip sosialis yang menerapkan prinsip kolektivitas namun menolak prinsip-prinsip individu. sedangkan Islam hadir untuk mengintegrasikan keduanya. memang sejatinya manusia tidak dapat melawan sunnatullah, keharusan universal atau takdir. akan tetapi manusia tidak boleh pasrah terhadap keadaan.. Ia harus terus berikhtiar secara maksimal.
Hal fundamental yang harus kita jawab hari ini adalah mengapa Doktrin NDP yang tak pernah absen dalam setiap aktivitas perkaderan baik itu training, follow up, dll malah mengalami disintegrasi dengan kader HMI. Harusnya antara ideologi dan penganutnya mesti dipandang sebagai sesuatu yang integral. Secara fakta sosial nya kita kerap menemukan seorang kader yang kaya akan pengetahuan mengenai NDP, tetapi miskin dalam pengamalan nya. Padahal di BAB II di terangkan bahwa "kehidupan manusia dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatan nya.
Sebagaimana dijelaskan dalam QS.At-taubah (9) : 105 yang artinya "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." Dalam Qs.An-Najm (53) : 39 juga dijelaskan "dan bahwa manusia hanya memperoleh dari apa yang telah diusahakannya". Jadi Nilai-nilai tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan amaliah konkret". Tentu adalah hal yang keliru tatkala nilai-nilai yang terdapat didalam teks NDP tidak dihidupkan melalui kegiatan amaliah yang konkret. Apalagi yang meninggalkan nya adalah kader-kader HMI yang mengerti dan memahami nilai-nilai tersebut. Dalam QS.Ash-Shaff (61) : 2-3 dijelaskan bahwa, "Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan".
Baik NDPers maupun kader-kader HMI hendaknya mesti menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan. Apalagi dalam menyampaikan materi NDP. Sebab, jika kita tidak konsekuen tentu saja itu adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah. Namun perbuatan itu tak hanya amaliah yang bersifat jasmani saja, namun juga amaliah yang bersifat rohani. Sebagaimana yang di ungkapkan dalam Bab II : Kerja mental dan Fisik merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan rohani bukan lah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan. Oleh sebab itu, akumulasi nilai-nilai yang terdapat di NDP hendaknya memiliki implikasi yang sangat luas. Kader-kader HMI mesti mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dengan kerja (amal) yang ikhlas.