Mohon tunggu...
Sabda Hartono
Sabda Hartono Mohon Tunggu... Desainer - hobbyist elektronika

Founder www.catur-digital.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Luruskan Kiblat, Bulatkan Bumi!

14 Juli 2017   14:25 Diperbarui: 14 Juli 2017   20:53 3569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua hari lagi tanggal 16 Juni 2017 akan terjadi peristiwa astronomi yang unik, yakni matahari tepat melintas di atas kota Mekkah jam 09:27 UT atau jam 16:27 WIB. Pada saat tersebut kita dapat menentukan arah kiblat dengan tepat dan mudah.

Mengetahui arah kiblat secara visual dimungkinkan apabila di kota Mekkah dibangun menara yang sangat tinggi. Sekarang ini di kota Mekkah, dekat dengan lokasi Ka'bah telah dibangun menara jam (Abraj Al-Bait) setinggi 600 meter! Menara jam di kota Mekkah merupakan salah satu gedung tertinggi di dunia. Penduduk sekitar kota Mekkah dapat menentukan arah kiblat dengan memandang ke arah menara jam.

Di tempat  yang jauh dari Mekkah, misalnya di  Indonesia tidaklah mungkin melihat menara jam tersebut, sekalipun gedung tersebut tinggi sekali. Untunglah dua kali dalam setahun,  yakni tanggal 28 Mei jam 16:18 WIB dan 16 Juni 16:27 WIB matahari tepat berada di atas kota Mekkah. Penduduk Mekkah akan merasakan matahari tepat di atas kepala mereka dan pada saat itu bayangan dirinya akan hilang. Peristiwa ini disebut Istiwa A'zam. Istiwa artinya tengah hari (noon), sedang A'zam artinya utama.

Ketika matahari ada di atas Mekkah (Istiwa A'zam), arah matahari yang tampak di seluruh dunia adalah arah kiblat. Dengan demikian kita dapat dengan mudah mencari arah kiblat asal dapat melihat matahari. Di Indonesia kita dapat menentukan arah kiblat saat Istiwa A'zam di Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sedang di Sulawesi, Papua dan Maluku kita tidak dapat menentukan arah kiblat dengan cara ini sebab pada saat tersebut matahahari sudah terbenam.

Di belahan dunia yang tidak bisa melihat matahari saat peristiwa Istiwa A'zam di Mekkah, seperti Papua atau benua Amerika, Arah kiblat dapat ditentukan dengan melihat arah matahari  ketika terjadi peristiwa Istiwa A'zam di antipoda Mekkah. 13 Januari 21:29 UT atau 14 Januari 06:29 WIT (waktu Indonesia timur) dan 28 November 21:09 UT atau 29 November 06:09 WIT.

Bumi Bulat Versus Bumi Datar

Kira-kira 200 tahun sebelum nabi Isa  lahir di dunia (200 BC), atau sekitar 2200 tahun yang lalu, Erathosthenes orang Yunani membuktikan bahwa bumi bulat. Pada musim panas di kota Syene terjadi Istiwa A'zam. Tapi anehnya kota Alexandria yang terletak di sebelah utara kota Syene, Istiwa A'zam tidak terjadi. Di kota Alexandria sinar matahari jatuhnya miring sehingga membentuk bayangan pada tongkat yang diletakkan tegak lurus. Erathosthenes menjelaskan hal itu terjadi karena bumi bulat!!! Seandainya bumi datar, tentu di Alexandria terjadi juga peristiwa Istiwa A'zam, sebab datangnya sinar matahari sejajar. Dalam hal ini Erasthotenes menganggap matahari adalah objek yang sangat jauh, sehingga datangnya sinar matahari sejajar.

Mari kita ikuti penjelasan Erasthotenes dengan mengganti kota Syene dengan Mekah dan kota Alexandria dengan Banda Aceh melalui gambar berikut:

Erathosthenes (dokpri)
Erathosthenes (dokpri)
Tentu saja kaum bumi datar menolak mentah-mentah penjelasan Erasthotenes yang berkata matahari objek jauh dan bumi bulat. Mereka berkata matahari sangat dekat  dengan bumi, cuma sejauh dari Sabang sampai Merauke atau sekitar 5000 km saja!  Jadi menurut  mereka, fenomena tersebut membuktikan bahwa matahari adalah objek yang dekat. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini:

Matahari dekat (dokpri)
Matahari dekat (dokpri)
Saya sebagai penganut bumi bulat garis keras yang fundamentalis, tentu saja tidak percaya kalau matahari itu objek yang sangat dekat. Saya lebih percaya pada astronom yang mengatakan matahari adalah objek yang sangat jauh, menurut perhitungan, jaraknya 150 juta km. Tentang hal ini pernah saya tulis pada artikel saya disini.

Akhirnya fenomena Istiwa A'zam akan menjadi akan menjadi ajang debat kusir tiada akhir antara kaum bumi bulat dan kaum bumi datar. Satu pihak mengatakan matahari objek dekat, pihak lain mengatakan matahari objek sangat jauh. Demi untuk mencari kebebaran harus ada hakim yang memutuskan mana yang benar diantara keduanya...........

Hari Penghakiman Tiba

Setelah kehancuran kekaisaran Romawi, warisan ilmu dari Yunani dipelihara dan disempurnakan di masa kejayaan Islam. Aljabar dan  trigonometri (ilmu ukur segitiga) adalah warisan budaya Islam pada dunia. Ilmuwan-ilmuwan Islam menyadari bahwa bumi berbentuk bulat. Gegara bentuk bumi bulat, menentukan arah kiblat di tempat yang jauh dari Mekah menjadi sangat sulit. Dengan motivasi ingin menentukan arah kiblat dengan benar dan dengan usaha yang gigih, akhirnya pada abad ke-10 ilmuwan-ilmuwan Islam menemukan ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometri). Dengan ditemukannya spherical trigonometri, para ilmuwan Islam seribu tahun yang lalu telah mampu menghitung arah kiblat.

Kalau benar bumi datar, kasihan sekali umat manusia! Disesatkan ribuan tahun lamanya. kebudayaan Islam bukannya membawa pencerahan, malah semakin menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan: mencari arah kiblat harus pakai spherical trigonometri karena menurut mereka bumi itu bulat!!

Setelah kerajaan Islam mengalami kemunduran di abad ke 14, selanjutnya  ilmu dikembangkan di Eropa di zaman Renaisans. Sejak saat itu, kesesatan umat manusia semakin ngawur. Newton menghayal teori gravitasi. Copernicus mendongeng bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari!

Untunglah pada abad ke 21, tepatnya tahun 2016-an, "pencerahan" itu datang. Munculah "ilmuwan-ilmuwan" YouTube yang mengatakan bumi bukan bulat tapi sesungguhnya bumi itu datar!

Tapi benarkah apa yang dikatakan "ilmuwan" YouTube bahwa bumi itu datar sehingga untuk mencari arah kiblat  tidak diperlukan ilmu ukur segitiga bola? Mari kita uji mana yang benar pada Istiwa A'zam besok, tanggal 16 Juni pukul 16:27 WIB. Pada saat itu arah matahari adalah sebenar-benarnya arah kiblat. 

Inilah hasil perhitungan arah kiblat di web blog pribadi saya.

Banda Aceh (bumi datar): kiblat 309 derajat, atau 39 derajat dari arah barat ke utara.

Banda Aceh(bumi bulat): kiblat 292 derajat, atau 22 derajat dari arah barat ke utara.

Bandung (bumi datar):  arah kiblat 318 derajat atau 49 derajat arah barat ke utara.

Bandung(bumi bulat): arah kiblat 295 derajat atau 25 derajat dari arah barat ke utara.

Untuk kota lain di seluruh dunia, silahkan kunjungi saya disini.

Kiblat Banda Aceh (dokpri)
Kiblat Banda Aceh (dokpri)
 

Ternyata untuk Bandung ada perbedaan cukup besar antara arah kiblat bumi datar dan bumi bulat, yakni sebesar 24 derajat. Jadi akan sangat mudah untuk melihat perhitungan mana yang benar pada saat peristiwa Istiwa A'zam besok.

Untuk kota Melbourne (Australia) bahkan sangat berbeda. Arah kiblat kota Melbourne menurut perhitungan bumi bulat ke arah barat, sedang menurut bumi datar ke utara.

Bersama tulisaan ini saya mengajak kedua belah pihak, baik kaum bumi bulat maupun kaum bumi datar yang gemar berdebat di YouTube dan media sosial lainnya untuk turun gunung. Debat kusir itu tak ada gunanya.  Ayo buktikan dengan dengan pengamatan langsung. Ukurlah arah arah bayangan pada peristiwa Istiwa A'zam (dengan menggunakan kompas) dan melihat mana yang benar: perhitungan bumi datar atau perhitungan bumi bulat. Untuk maksud tersebut saya telah membuat aplikasi untuk menghitung arah kiblat menurut bumi bulat dan bumi datar. Silahkan kunjungi saya disini.

Kebetulan Istiwa A'zam yang akan datang jatuh pada hari Minggu, ini adalah kesempatan yang baik untuk kita mencermati Istiwa A'zam sehubungan peristiwa itu bertepatan dengan libur. Saya tidak akan melewatkan peristiwa Istiwa A'zam kali ini, semoga cuaca cerah, matahari tidak tertutup awan, sehingga saya dapat  membuat reportase untuk peristiwa ini di kompasiana.

Sepanjang pengetahuan saya, mayoritas umat Muslim di seluruh dunia menghitung arah kiblat dengan ilmu ukur segitiga bola dan menurut laporan di berbagai tempat di dunia, hasil perhitungan dengan asumsi bumi bulat ternyata sesuai dengan arah kiblat yang ditunjukkan pada peristiwa Istiwa A'zam (KARENA BUMI SESUNGGUHNYA BULAT BUKAN DATAR). Namun saya belum pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Karena alasan itulah saya tidak akan melewatkan peristiwa Istiwa A'zam kali ini.

Ilmu mencari Kiblat sangat diperlukan untuk dunia penerbangan. Misalnya pesawat hendak berangkat dari Tokyo (Jepang) ke Los Angeles (Amerika serikat). Dari Tokyo pesawat harus diberangkatkan pada arah yang tepat agar sampai ke Los Angeles. Sekalipun pesawat terbang telah dilengkapi dengan alat navigasi canggih, namun untuk mencari arah terbang sampai hari ini masih menggunakan ilmu mencari arah kiblat yang telah ditemukan ilmuwan Muslim seribu tahun yang lalu. Akhirnya semoga anda percaya bahwa BUMI ITU BULAT. 

Artikel terkait bumi datar

  1. Besok Bintang Kejora Muncul, Lebaran 25 Juni
  2. Jarak Matahari jauh sekali
  3. Luruskan Kiblat, Bulatkan Bumi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun