Baru-baru ini kita dihebohkan dengan penemuan pembangkit listrik tenaga pohon kedondong. Kalau kita cermati, ternyata ada kesamaan antara listrik pohon kedondong dan baterai Daniell, sama-sama menggunakan elektroda logam. Baterai Daniell menggunakan elektroda tembaga dan seng (atau besi). Bedanya baterai Daniell, elektroda ditaruh di tabung gelas, sedang listrik pohon kedondong elektroda di tanam pada batang pohon
Perbedaan lain, baterai Daniell menggunakan tembaga sulfat sebagai agen oksidator, sedang listrik pohon kedondong menggunakan cairan asam getah pohon kedondong sebagai agen oksidator.
Dalam sejarah teknologi, baterai Daniell pernah mengalami masa keemasan. Pembangkit listrik "kedondong" ini pernah merajai Amerika Serikat hampir seratus tahun, itu terjadi pada abad ke-19. Baterai Daniell bukan untuk menyalakan lampu listrik, Â melainkan untuk mengirim berita telegram. Saat itu Edison belum menemukan lampu listrik. Jadi dahulu orang mengirim berita telegram dari Washington ke New York mengunakan listrik "kedondong".
Penggunaan baterai Daniell berakhir pada awal abad ke 20 setelah Faraday menemukan generator listrik elektro magnet. Konon masih ada orang yang menggunakan baterai Daniell untuk telegram sampai tahu 1950an.
Menurut literatur, oksidator asam kinerjanya kurang baik. Untuk membuktikan hal tersebut, saya coba buat Baterai Daniell dengan menggunakan botol plastik kemasan air mineral yang sudah tidak dipakai. Tiga buah baterai diisi dengan asam cuka dan tiga buah lainnya dengan tembaga sulfat. Ternyata benar apa yang dikatakan literatur: Baterai dengan tembaga sulfat membuat lampu LED menyala lebih terang dibanding baterai dengan asam Cuka!
Kalau agen oksidator (serbuk CuSO4) habis, saya perlu menaburi serbuk CuSO4 agar baterai tersebut tidak kehabisan oksidator dan lampu tetap menyala. Pun lama kelamanan besi sebagai agen reduktor akan habis, larut menjadi besi Sulfat (FeSO4) dan sayapun harus mengganti dengan elektroda besi yang baru. Selain itu saya harus merawat baterai ini, sebab lama-kelamaan air dalam baterai ini menjadi kenyang (jenuh), karena sudah terlalu banyak besi sulfat yang terlarut didalamnya. Dalam hal ini saya harus merawatnya, mengganti dengan air yang baru.
Bagaimana dengan listrik pohon kedondong? Listrik pohon kedondong mengunakan asam dari getah pohon kedondong sebagai agen oksidator. Jadi pembangkit listrik ini dapat pasokan cairan asam (baca oksidator) terus menerus secara "gratis" dari pohon kedondong. Pohon kedondong memang menghasilkan cairan asam secara alami. Inilah hal menarik dari listrik pohon, bisa dapat agen oksidator gratisan dari pohon kedondong. Kemarin saya harus beli oksidator tembaga sulfat(CuSO4) sebagai "makanan" dari baterai botol bekas saya. "Pak, punya Terusi (nama pasaran tembaga sulfat) si kristal biru?" tanya saya. "Ada!, sekilo 40 ribu rupiah", kata si pelayan toko yang menjual bahan kimia.
Sayang listrik pohon kedondong tidak sepenuhnya "gratis", sebab selain agen oksidator berupa cairan asam, kita perlu juga agen reduktor berupa elektroda besi. Lama-kelamaan besi akan habis teroksidasi. Jadi kita perlu menganti elektroda besi secara berkala karena habis terpakai. Tetapi uang yang digunakan untuk membeli besi terhitung seperti membeli pupuk. Zat besi yang terserap memang diperlukan oleh pohon (apalagi sayuran hijau semacam bayam).
Listrik pohon kedondong ini memang sangat menarik, Pohon-pohon itu kita beri pupuk (berupa zat besi). Gegara diberi pupuk, pohon ini jadi lebih subur, menghasilkan buah lebih banyak, pula menghasilkan listrik!
Pada kenyataanya listrik kedondong ini banyak kendalanya. Listrik tidak dapat diproduksi terus-menerus karena cairan asam akan berkurang, pada gilirannya aliran listrik akan berkurang. Â Si pohon tidak boleh kita suruh menghasilkan listrik terlalu berlebihan. Banyak menghasilkan listrik, berarti banyak pula menyerap zat besi. Dikuatirkan kesehatan pohon tergangu karena over nutrisi zat besi.